Eposdigi.com- Hingga saat ini masih banyak orang yang menolak menerima vaksin covid-19 dengan berbagai alasan. Agama menjadi salah satu alasan penolakan vaksin. Alasan jelasnya adalah kekuatiran terhadap kehalalan dari kandungan vaksin.
Selain itu, masalah struktural juga mendorong munculnya gerakan anti vaksin. Ini terkait masalah tata kelola global dalam pengembangan dan distribusi vaksin.
Di Indonesia, sebuah penolakan keras datang dari anggota DPR seperti Ribka Ciptaning yang viral beberapa saat setelah Presidan Joko Widodo menerima vaksinnya yang pertama.
Menurut Ribka, distribusi vaksin covid-19 merupakan bisnis baru yang akan menguntungkan perusahaan tertentu saja. Di tingkat global, kehadiran Yayasan Gates Foundation adalah salah satu contohnya, menurut kelompok ini.
Baca Juga: Siapkan Anak Usia 6-11 Tahun Untuk Vaksin Covid-19
Kelompok ini bahkan memunculkan teori konspirasi bahwa program vaksinasi covid-19 tidak lain adalah upaya Bill Gates untuk menanam microchip ke seluruh penduduk di dunia.
Seiring waktu berjalan, gaung gerakan ini semakin melemah karena fakta di lapangan membuktikan bahwa setengah dari pasien di bangsal-bangsal rumah sakit yang dipantau oleh kelompok penentang vaksin adalah mereka yang belum menerima vaksin, termasuk di antaranya anggota mereka.
Memang kelompok ini juga mencatat bahwa pasien-pasien tersebut termasuk para penerima vaksin. Namun yang membedakan adalah tingkat keparahan. Kelompok yang belum menerima vaksin umumnya mengalami kasus yang lebih parah daripada kelompok yang sudah menerima vaksin.
Laporan yang dilansir pada laman bbc.com menggambarkan kondisi di atas. Setelah terjangkit parah covid-19, mereka sangat menyesali telah menolak vaksin.
Laporan tersebut memuat kesaksian Faisal Bahsir, usia 54 tahun, berkewarganegaraan Inggris. Ia mengakui bahwa secara rasional ia menolak vaksin dengan alasan sehari-hari ia aktif berolah raga. Olehkarena itu, ia berpikir bahwa ia kuat.
Baca Juga: Pentingnya Vaksinasi Bagi Anak Saat Pandemi
Menurut Faisal itu rasionalisasi. Namun sesungguhnya, penolakannya disebabkan lebih karena ia berpikir bahwa vaksin menggunakan bahan yang tidak halal. Jadi lebih karena masalah agama.
“Meskipun saya merasa saya sehat karena aktif berolah raga, namun faktanya saya tidak dapat terhindar dari virus covid-19 dengan kondisi yang sangat parah,” katanya.
Pengalaman dirawat di rumah sakit karena mengambil resiko menolak vaksin ia akui sebagai tindakan yang salah.
“Saya merasa sanat menderita. Saya merasa sangat menyesal dan berharap dengan angkat bicara, saya dapat membantu orang lain untuk menghindari kesalahan yang sama,” kata Bahsir.
Laporan tersebut memuat pula kesaksian dari dua orang yang lain. Intinya mereka menyesal dan ikut mendorong agar masyarakat menerima vaksin agar terlindungi dari covid-19.
Baca juga: Vaksin Guru, Sekolah Tatap Muka VS Pasien Corona Anak-Anak
Hingga hari ini di Indonesia masih ada kelompok yang masih menolak vaksin dengan berbagai alasan. Kita berharap, langkah mendorong mayoritas masyarakat untuk memperoleh vaksin dapat meningkatkan kekebalan komunal sehingga mereka ikut terlindungi dari virus covid-19.
Dan yang paling penting, berbagai upaya yang dilakukan oleh pemerintah termasuk menggencarkan penyuntikan vaksin dapat segera mengakhiri pandemi, sehingga kita kembali hidup normal seperti sebelum pandemi.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali denganizin dari penulis / Foto: Sains.sindonews.com
Leave a Reply