Memetakan dan Merumuskan Strategi Parenting di Indonesia

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Menjadi orangtua merupakan panggilan hidup. Itulah mengapa tidak semua pasangan suami-istri yang melahirkan dan memiliki otomatis telah menjadi seorang ayah dan ibu.

Perpsektif ini juga bukan dengan seenaknya dapat diterjemahkan sebagai bentuk dukungan terhadap kampanye perkawinan sejenis (LGBTQ misalnya).

Hemat saya, kehadiran mereka justru sebagai bentuk koreksi bahwa parameter perkawinan heteroseksual juga terbukti rentan dan rapuh.

Pertama, Berdasarkan Konteks Kebutuhan.

Rumuskan kebutuhan utama hidup berkeluarga dalam pendidikan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

Baca Juga: Strategi Parenting dalam Dunia yang Berubah Serba Mendadak

Ini menyangkut kapan Anda memutuskan untuk kapan dan berapa jumlah anak yang Anda miliki. Tentukan fokus dari parenting yang Anda lakukan.

Fokus itu berkaitan dengan kepribadian seperti apa yang Anda harapkan ada dalam diri anak Anda.

Kedua, Berdasarkan Konteks Geografis

Sesuaikan pendidikan anak dengan konteks geografis tempat di mana anak dibesarkan. Hal ini penting agar Anak memiliki kecerdasan spasial di tengah masifnya perkembangan digitalisasi ruang dan tempat hidup manusia melalui percepatan moda transportasi dan aplikasi google map.

Baca Juga: Orang Tua Penyebab Anak Kecanduan Gawai

Disebut penting karena kesadaran akan ruang (space) dan tempat (place) merupakan dasar dari kecerdasan politik dan sosial.

Ketiga, Berdasarkan Konteks Kelas Ekonomi

Poin ini sangat berguna dalam mengidentifikasikan model parenting yang sesuai dengan kelas ekonomi keluarga. Dengan kata lain, Anda tidak bisa memaksakan model parenting dari perspektif kelas ekonomi menengah kepada masyarakat kelas ekonomi bawah.

Sensibilitas terhadap kelas itulah yang memungkinkan adanya proses negosiasi tentang siapa yang perlu melakukan pekerjaan rumah, menjaga ketika anak sakit, mengantar anak ke sekolah, dan menyisihkan waktu di akhir minggu untuk ada bersama anak.

Baca Juga: Menggali Akar Masalah Pernikahan Anak Usia Dini

Distribusi peran juga penting diperkenalkan kepada anak agar menumbuhkan kesadarannya tentang sejauh mana kontribusinya bagi kehidupan keluarga.

Oleh sebab itu, jika anak mencuci piring atau membersihkan rumah, orangtua perlu mengucapkan terima kasih kepada anak dalam rangka membangun kesadarannya bahwa perbuatannya itu mendukung perekonomian keluarga.

Bukankah seorang pembantu rumah tangga di daerah perkotaan justru diberi gaji?

Distribusi peran ini juga pada akhirnya menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak terhadap kelangsungan hidup keluarga secara umum.

Keempat, Berdasarkan Konteks Budaya

Didik anak dengan konteks sosial budaya di mana ia berada. Budaya yang dimaksudkan di sini adalah bagaimana anggota masyarakat saling berinteraksi satu sama lain, terutama dalam mengkomunikasikan makna tertentu.

Baca Juga: Muncul Gejala Phubbing Pada Anak Anda, Gejala Apa Ini?

Dalam kaitannya dengan hal tersebut, orangtua perlu menjaga iklim keseimbangan dalam kehidupan personal keluarga dan kondisi masyarakat secara umum.

Ini penting karena pertumbuhan akan akan terganggu jika kondisi keluarga buruk dan masyarakat yang sulit bernegosiasi.

Kelima, Bangun Relasi Lintas Generasi

Hal ini menepis asumsi publik tentang adanya dunia orang dewasa dan dunia anak-anak. Itu disebabkan karena cara pikir “Barat” sejak dalam arsitektur yang membuat rumah dibagi ke dalam batas antara kamar anak, kamar tamu, dan kamar orang tua.

Baca Juga: Penelitian Membuktikan bahwa Anak yang Sukses, Mempunyai Ibu yang Bahagia

Batas arsitektural tersebut, secara tidak sadar justru diterjemahkan ke dalam berbagai jenis batas lain seperti batas usia produktif dan usia nonproduktif, generasi milenial dan generasi lansia, dan seterusnya.

Dengan membangun relasi lintas generasi, terdapat proses saling belajar yang bersifat timbal-balik. Di situ, alih-alih berhasrat mengajarkan segala sesuatu, orangtua justru perlu rendah hati belajar dari anak-anak.

Keenam, Kerjasama Lintas Sektor

Mendidik anak bukan hanya menjadi pekerjaan Kementerian Perempuan dan Anak. Ini menjadi tugas semua kementerian.

Baca Juga: Orang Yahudi Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan

Mengapa ini tidak pernah muncul dalam model kebijakan politik kita?

Jika keluarga adalah unit terkecil dari negara, pembangunan ketahanan keluarga mesti dimulai dari pendidikan anak.

Ini akan menyelesaikan banyak soal mulai dari kurangnya tenaga kerja muda di bidang pertanian, meningkatnya kriminalitas kaum remaja, bonus demografi yang sulit dipetakan, dan seterusnya.

Oleh karena itu, selain mengembangkan strategi parenting yang bersifat individual, saya menekankan perlunya model pendidikan anak terakomodir dalam kebijakan politik secara umum entah itu di pendidikan, pertanian, pertahanan dan kemananan, dan berbagai jenis sektor signifikan lainnya.

Foto : radarntt.co

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of