Eposdigi.com – Sebagai bagian dari Asia, Indonesia sebetulnya lebih dahulu merdeka dari penjajahan jika dibandingkan misalnya dengan Singapura. Dalam pertumbuhannya, Singapura bertumbuh lebih cepat, sehingga telah menjadi negara maju, meskipun sumber dayanya lebih terbatas.
Indonesia yang lebih kaya sumber daya alam, hingga memasuki usia 75 tahun merdeka, masih terjebak pada level negara dengan pendapatan menengah. Saat ini, pendapatan perkapita Indonesia baru sekitar 4.000 USD. Sedangkan pendapatan perkapita Singapura sebesar 64.567 USD (ceicdata.com). Padahal kita ketahui, Singapura tidak memiliki sumber daya.
Mengapa Singapura muncul sebagai negara kaya, sedangkan Indonesia tidak? Jawabannya karena Singapura mampu memanfaakan semua momentum pembangunan yang ia miliki, sedangkan Indonesia tidak.
Tiga Momentum Pembangunan
Menurut Anne Booth, Guru Besar Emeritus Bidang Ekonomi dari University of London, selama 75 tahun, seperti dikutip oleh Kompas.id, Indonesia telah menyia-nyiakan 3 momentum pembangunan.
Di era tahun 1980-an, datang momentum pembangunan pertama, Indonesia mengalami surplus ekonomi karena melambungnya harga migas. Surplus tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik untuk mendorong pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara signifikan.
Momentum kedua datang ketika Indonesia diberkahi ledakan harga komoditas pada tahun 1990-an. Indonesia yang kaya sumber daya alam, memperoleh keuntungan besar dari ekspor komoditasnya.
Baca Juga: Strategi Membumikan Kapasitas Ekonomi dan Politik Desa melalui BUMDes
Kembali, momentum ledakan harga komoditaspun tidak dimanfaatkan dengan baik untuk mendorong pembangunan berkelanjutan di segala bidang. Indonesia sekali lagi kehilangan momentumnya.
Oleh karena itu, ekonomi Indonesia pun secara fundamental tidak mengalami pertumbuhan. Ketika dunia dilanda krisis ekonomi tahun 1997, ekonomi Indonesia mengalami kehancuran yang parah.
Momentum ketiga muncul ketika pada tahun 2000-an Indonesia dibanjiri oleh arus modal internasional. Karena pada dasarnya fundamental ekonomi Indonesia tidak baik, maka aliran arus modal internasional ke Indonesia sekali lagi tidak ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sebaliknya, pada periode itu, banyak industri pun memindahkan produksinya ke negara tetangga di Asia karena fundamental ekonomi mereka yang lebih baik. Menurut investor, prospek ekonomi negara tetangga lebih menjanjikan keuntungan.
Akar Masalah
Dengan sumber daya alam melimpah, mengapa momentum pembangunan ekonomi datang sambung-menyambung tetapi tidak dimanfaatkan dengan baik sehingga Indonesia tetap bertengger di level negara dengan pendapatan menengah bawah?
Tiga momentum ekonomi yang dibicarakan pada bagian sebelumnya, terkait hadirnya sejumlah modal, namun modal tersebut tidak dimanfaatkan untuk pembangunan ekonomi.
Selama lebih dari limapuluhan tahun Indonesia merdeka, pembangunan berjalan secara de facto, tetapi pembangunan esensial tidak terjadi.
Baca Juga: Tantangan Pemerintahan Baru; Memperbaiki Indeks Kemudahan Bisnis Indonesia
Mengapa pembangunan tidak terjadi secara esensial? Pembangunan tidak berjalan karena modal pembangunan yang dianggarkan, dikorupsi secara besar-besaran oleh penanggung jawab dan para pelaku pembangunan.
Jadi dapat dikatakan bahwa kita berkali-kali kehilangan momentum pembangunan karena korupsi merajalela dan menggerogoti sendi kehidupan berbangsa dan bernegara kita.
Anatomi penyebab terjadinya korupsi sudah banyak dibedah. Ada faktor mentalitas, mulai dari sifat tamak dan rakus, gaya hidup konsumtif, hingga pemilikan nilai moral yang rapuh dari para pelaku pembangunan.
Ada pula faktor penyebab yang berasal dari situasi sosial yang berawal dari lemahnya penegakan hukum, kurang adanya teladan dari pimpinan, tidak memadainya sistem akuntabilitas, lemahnya pengawasan, dan manajemen yang korup, cenderung menutupi praktek korupsi dalam organisasi.
Namun momentum pembangunan baru akan hadir kembali. Menangani korupsi yang telah mengakar dalam birokrasi pemerintahan, memang bukan hal yang mudah, namun harus dikerjakan. Bisa dimulai dari perbaikan sistem hukum kita, mulai dari kelembagaannya, regulasi sistem hukumnya, hingga perbaikan mentalitas penegak hukum kita.
Lebih dari itu, yang sangat diperlukan adalah hadirnya pemimpin yang bersih dan dapat diteladani pada semua level birokrasi pemerintahan. Merekapun diharapkan memiliki komitmen yang kuat pada upaya pemberantasan korupsi. (Foto : Bandara Changi Singapura / hipwee.com)
[…] Baca Juga: Tiga Momentum Pembangunan, Korupsi, dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia […]