Eposdigi.com – Munculnya gagasan besar, seringkali melampaui zamannya dan di luar jangkauan pemikiran orang kebanyakan. Oleh karena itu, kemunculan gagasan besar kerap menjadi bahan tertawaan orang-orang yang mendengar ide tersebut pertama kali. Penggagasnya sering dianggap bermimpi di siang bolong.
Itu kira-kira yang dialami oleh Kiai Hisjam tahun 1920, ketika dalam salah satu rapat muktamar Muhammadiyah tahun 1920 yang dipimpin oleh Kiai Ahmad Dahlan. Dalam rapat tersebut Kiai Hisjam (banyak literasi lain menulis dengan ejaan baru : Kiai Hisyam) selaku H.B Muhammadiyah bagian sekolah, menyampaikan pertama kali rencana untuk mendirikan Universitas Muhammadiyah.
Baca juga :
H.B. atau dalam Bahasa Belanda Hoofdbestuur, adalah sebutan untuk struktur kepengurusan pusat dalam organisasi Muhammadiyah ketika itu. Sebagai pimpinan H.B. bagian pendidikan, Kiai Hisjam, dalam muktamar tersebut menyampaikan gagasannya mendirikan Universitas Muhammadiyah.
Kiai Hisjam menyampaikan bahwa tujuan Universitas Muhammadiyah tersebut didirikan adalah untuk memajukan pendidikan dan pengajaran, mencetak sarjana Islam, dan maha guru Muhammadiyah. Universitas Muhammadiyah tersebut harus memiliki gedung yang megah.
Ketika ide ini disampaikan Kiai Hisjam, ia ditertawakan oleh peserta muktamar yang lain, karena dianggap tidak masuk akal pada tahun 1920. Ketika itu, Muhammadiyah belum memiliki doktor, yang menjadi persyaratan penting, apalagi belum memiliki gedung.
Baca juga :
Kisah ini dikisahkan oleh Irwan Akib, ketua PP Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Makassar (11/9/2024). Gagasan yang dulu dianggap tidak masuk akal tersebut, terus digeluti dan Universitas Muhammadiyah baru sungguh-sungguh didirikan di Jakarta tahun 1950, perkuliahan awal dilakukan di Padang Panjang Sumatera Barat.
Pada tahun 1954 perkuliahan Universitas Muhammadiyah kembali dilakukan di Jakarta. Waktu itu, disebut universitas, namun baru menyelenggarakan dua fakultas yakni Fakultas Hukum dan Fakultas Filsafat. Pada tahun 1954, baru menyelenggarakan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP).
Dari Jakarta kemudian menyebar ke hampir semua wilayah di Indonesia. Kini, Muhammadiyah memiliki 172 Universitas Muhammadiyah tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan di Malaysia. Hampir seluruh mimpi Kiai Hisjam sudah terwujud.
Baca juga :
PP Muhammadiyah Selenggarakan Akademi Marbot Masjid Angkatan Pertama
Mimpi mencetak sarjana Islam, dan maha guru Muhammadiyah, di hampir semua bidang sudah terjadi, bahkan tidak terhitung. Mimpi membangun gedung megah, sudah menjadi kenyataan. Saat ini di kota-kota besar, gedung-gedung Universitas Muhammadiyah berdiri megah menghiasi kota-kota tersebut, mulai dari Jakarta, Malang, Solo, dan Jogjakarta.
Kini 172 Universitas Muhammadiyah ini terus berbenah dan terus-menerus menunjukkan kemajuan. Kini dari jumlah tersebut, 10 Universitas Muhammadiah telah meraih akreditasi unggul berdasarkan akreditasi Badan Akreditasi Nasional. Dan dari tahun ke tahun Universitas Muhammadiyah mulai bertengger di peringkat universitas global.
Tahun ini misalnya, dua Universitas Muhammadiyah yakni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Muhammadiyah Surakarta bersama 24 universitas dari Indonesia, masuk dalam jajaran 1.500 kampus terbaik di dunia yang dirilis oleh lembaga pemeringkatan global Quacquarelli Symonds World University Rankings.
Baca juga :
Setelah Memperoleh Izin SD dan TK, Muhammadiyah Australia Colege Dapat Izin untuk Selenggarakan SMP
Oleh karena itu, tahun ini, dua universitas Muhammadiyah tersebut, kebanjiran peminat mahasiswa asing dari berbagai negara. Perkembangan ini menunjukkan betapa jauhnya pemikiran dan pandangan pendahulu Muhammadiyah. Mudah-mudahan pandangan ini terus dihidupi oleh generasi muda Muhammadiyah kini.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: Muhammadiyah.or.id
Leave a Reply