Diriku terlalu dalam mengagumi Bapak
Sampai lupa pada sosok yang berusaha menghadirkanku pada Bumi
Tenang saja, kali ini tak banyak metafora untuk mengacaukan pikiranmu
Diriku tahu, kau tak mahir dalam mengerti sajak penuh majas
Hay Mama
Semoga, ketika Mama menemukan Puisi ini
Mata Mama belum melihat barisan huruf usang kabur karna rabun
Rambut Mama masih hitam pekat tanpa uban
Dan kulit yang tak bergantung pada tiang tulang
Mama
Bahu mu masih kuat kan Maa?
Maaf jika bebanku pun harus ku pikul bersama Mama
Maaf jika jalanku pun harus ku jejaki bersama Mama
Kaki Mama belum lelah menapaki kan Maa?
Maaf jika dari sekian banyak Puisi yang tercipta
Baru kali ini ku tulis cinta untuk Mama
Biarkan panjang sampai lecet jemariku Maa
Biarkan basah netraku Maa
Diriku hanya ingin bercerita tentang Mama
Gugusan waktu mengungkapkan bahwa kita bukan sepasang teman yang akur
Kita hanya dekat ketika berbicara hal yang semestinya
Seperti itulah ketika dua wanita keras kepala di satukan
Lantas semuanya berubah
Mama mencoba mengejah tiap kata
Belajar menjadi Bapak
Mama
Sedalam apa luka Mama?
Apakah kalimat itu masih berlaku hingga kini Maa?
“Sudah Ina…. Mama Kuat untuk Ina” itu untuk ku Maa?
Ucapan lirih saat Mama memeluk tubuhku yang sudah lunglai
Kalimat yang ku peluk dengan kuat, lalu ku hafal manis luka itu
Tangan Mama terus saja bertaut
Memberi kekuatan untuk tak serta merta ikut bersama duka
Kenapa Mama harus turut merasakan kehilangan
Jika saja belatih pemakan nyawa mngenaiku,
Mama tentu masih melingkari lengan Bapak hingga kini
Biarlah diriku melihat, seperti apa genggaman erat cinta
Mengunci rasa yang tak mau terumbar
Terima kasih yah Maa
Terima kasih telah menemani sejauh ini Mama
Banyak luka yang telah mama rawat dalam kesendirian
Juga keheningan yang mama diami dengan isak tangis yang tertahan
jangan kemana-mana Mama
tolong membersamai doaku dulu
hingga hatiku siap melepas mu
tanpa harus menempuh ikhlas yang di paksa
Miniee,terharu bacanya🥹🥹