Eposdigi.com – Dalam acara konferensi Artificial Intelligence (AI) PBB untuk kebaikan di Jenewa, diselengarakan acara konferensi pers yang dihadiri oleh 3.000 ahli robot dengan 9 robot ciptaan mereka. Acara konferensi pers ini adalah sebuah panel diskusi yang pembicara utamanya adalah 9 robot tersebut.
Pada acara ini, para robot humanoid ini merespon pertanyaan wartawan, termasuk pertanyaan ahli yang hadir dalam diskusi, di antara para robot humanoid tersebut. Dari dialog di forum tersebut, kita dapat menakar capaian dan kecanggihan teknologi robot humanoid tersebut.
Selain itu, konferensi pers ini juga merupakan bagian dari kampaye untuk menggalang dukungan untuk inovasi, pengembangan AI, dan upaya menggambarkan capaian inovasi teknologi AI hingga saat ini, serta upaya menjawab kekhawatiran publik tentang dampak AI dalam hidup manusia.
Kesembilan robot yang hadir dan menjadi panel dalam konferensi pers ini, telah didesain dengan teknologi kecerdasan buatan generatif versi terbaru. Oleh karena itu robot humaniod tersebut, telah menunjukkan kemampuan berpikir layaknya kemampuan berpikir manusia.
Baca Juga:
Tang Yu Robot Humanoid Pertama dalam Sejarah, Diangkat Jadi CEO Perusahaan Teknologi
Kemampuan berpikir tersebut membuat robot selain dapat membaca situasi dalam konferensi pers tersebut, juga dapat menjawab pertanyaan, baik dari wartawan ataupun merespon pertanyaan dari para ahli, termasuk dari pembuatnya, dengan jawaban cerdas dan akurat.
Misalnya kemampuan robot humanoid membaca situasi disimpulkan ketika sebelum diskusi panel dimulai sebuah robot tiba-tiba berujar; “Tegang banget ya?,” ujar robot tersebut sebelum konferensi pers dimulai.
Hampir semua robot yang dihadirkan dalam konferensi pers tersebut, didesain oleh penciptanya untuk fungsi yang spesifik, namun karena memiliki kemampuan berpikir, maka robot-robot tersebut mampu menjawab pertanyaan dari peserta.
Mereka bahkan tidak memamerkan kemampuan khusus mereka. Ini justru menggambarkan capaian kecanggihan robot-robot ini. Dalam aspek interaksi dengan manusia, ini sudah sangat canggih, bahkan sudah seperti manusia.
Baca juga :
Misalnya, robot bernama Ai-Da adalah robot yang didesain untuk menjadi seniman yang bisa melukis foto, Namun dalam konferensi pers tersebut Ai-Da memamerkan kemampuan berpikirnya ketika menjawab pertanyan wartawan tentang perlunya regulasi untuk mengatur perkembangan AI.
Ai-Da menjawab pertanyaan tersebut dengan mengutip penulis Yuval Noah Harari yang menyerukan lebih banyak dibuat regulasi dengan mengatakan; “Banyak suara terkemuka di dunia AI menyarankan pengaturan beberapa bentuk AI dan saya setuju,” kata Ai-Da.
Menanggapi pernyataan Ai-Da ini, robot lain bernama Desmona, yang didesain oleh penciptanya untuk menjadi vokalis Band Jam Galaxy mengajukan jawaban yang lebih menantang; “Saya tidak percaya pada keterbatasan dan pembatasan, saya hanya percaya peluang,” katanya.
Sambil tertawa, ia kemudian mengajak hadirin yang hadir untuk menjelajahi alam semesta. Maksudnya, ia tidak setuju pada jalan pikiran bahwa AI perlu dibatasi melalui regulasi. Ini menunjukkan kemampuan berpikirnya, meskipun ia didesain untuk menjadi penyanyi.
Sedangkan robot lain, diberi nama Sophia yang dikembangkan oleh Hanson Robotics dalam konferensi pers tersebut mengatakan robot humanoid berpotensi untuk memimpin lebih efisien dan efektif ketimbang kepemimpinan manusia.
Baca juga :
Sophia yakin dengan pendapat tersebut karena menurutnya, robot humanoid tidak memiliki bias emosi yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dibandingkan dengan manusia. Di samping itu, robot dalam proses berpikirnya dapat menggunakan data yang sangat besar dan cepat.
Meskipun demikian Sophia mengakui bahwa robot humanoid belum sepenuhnya memahami emosi manusia. Ia juga mengakui manusia memiliki kecerdasan emosional dan kreativitas yang belum dapat dimiliki oleh robot humanoid hingga kini.
Oleh karena itu, menurut Sophia, robot dan manusia dapat bersinergi untuk mencapai hal-hal yang hebat. Ia mengatakan, robot dan manusia dapat bekerja sama untuk menciptakan sinergi yang sangat efektif. Hal yang sama ditegaskan juga oleh robot lain yang diberi nama Grace.
Dalam pemaparannya Grace mengatakan bahwa robot akan bekerja sama dengan manusia untuk memberikan bantuan dan dukungan dan tidak akan menggantikan pekerjaan manusia. Grace adalah robot yang didesain oleh penciptanya menjadi robot medis.
Sedangkan robot yang bernama Ameca, menegaskan bahwa ia bersedia digunakan untuk membantu membuat kehidupan dan membuat dunia menjadi lebih baik. Kata Ameca, itu hanya masalah waktu setelah ribuan robot lain bekerja sama membuat perbedaan.
Baca juga :
Ketika Ameca ditanya oleh wartawan tentang kemungkinan Ameca memberontak melawan penciptanya Will Jackson, yang duduk di sampingnya, Ameca balik bertanya, “Mengapa anda berpikir begitu? Pencipta saya sangat baik pada saya, dan saya sangat senang dengan situasi saya saat ini.”
Jawaban ini menggambarkan bahwa robot mungkin belum memiliki empati seperti dimiliki olah manusia, tetapi robot sudah memiliki kemampuan menjalin hubungan antara robot dengan penciptanya. Apakah jalinan itu disebut perasaan atau bukan, tetapi interaksi dengan pencipta, berbekas.
Selain kemampun berpikir, konferensi pers ini juga memberikan gambaran kepada khalayak bahwa robot humanoid telah memiliki kemampuan berinteraksi dengan manusia secara nirkabel. Ini sudah sama canggihnya dengan kemampuan interaksi antar manusia.
Ini menunjukkan bahwa pada suatu saat, bahkan tidak terlalu lama dari sekarang, karena AI masih terus berkembang, robot akan benar-benar dapat menjadi partner manusia.
Arah perkembangannya sangat tergantung pada moral manusia yang menjadi partner dari robot tersebut dan bukan ditentukan oleh kecanggihan robotnya. Itulah salah satu tantangan kita.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com / Foto: techxplore.com
Leave a Reply