Eposdigi.com – Sekolah Dasar (SD) di Lumajang Jawa Timur mewajibkan murid kelas VI membuat karya ilmiah sebagai syarat kelulusan bagi muridnya.
Kepala SD tersebut, Hariyono Efendi, seperti dilansir pada laman kompas.com mengatakan, metode ini sengaja dipilih oleh sekolah untuk mengembangkan kreativitas para murid.
Kata Hariyono, cara ini dipilih selain untuk mengembangkan kreativitas, juga untuk melatih para murid berpikir ilmiah, mempresentasikannya, dan mempertanggungjawabkan karya ilmiah mereka.
Ada dua alternatif model yang dapat mereka pilih. Model pertama berupa karya Sains. Murid diminta untuk menghasilkan produk jadi, yang bisa dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari.
Model kedua adalah, para murid membuat karya tulis melalui studi literatur berdasarkan fenomena yang ada di masyarakat untuk diuji.
Kepala Sekolah menjelaskan bahwa karya tulis yang mereka buat tentu saja ada latar belakangnya, ada tujuannya, ada kajian teorinya, ada metode penelitiannya, ada pembahasan, ada kesimpulan dan ada daftar pustakanya.
Baca Juga:
Menurut Hariyono, model ini sudah sering diterapkan sekolah ini, yang dikenal dengan metode pembelajaran berdiferensiasi.
Kepada kompas.com Hariyono juga menegaskan bahwa metode ini menurutnya adalah metode yang paling mampu menterjemahkan Kurikulum Merdeka dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
Dari penjelasan Kepala SD ini, tampaknya keren ya, anak SD kelas VI sudah mendapat tugas melakukan apa yang dikerjakan oleh mahasiswa tingkat akhir. Namun masalahnya, ini diperlukan oleh para murid SD kelas VI atau tidak dalam pertumbuhan mereka sebagai individu?
Antara tahap perkembangan dan tugas perkembangan
Di dalam psikologi perkembangan, konsep tahap perkembangan dan tugas perkembangan merupakan dua konsep penting yang perlu dipahami, terutama oleh mereka yang terlibat dalam mengurusi tumbuh kembang anak.
Tahap perkembangan adalah rentang perjalanan pertumbuhan individu yang diwarnai oleh ciri-ciri yang khas, atau pola tingkah laku tertentu, termasuk capaian tingkat kematangan tertentu.
Sedangkan tugas perkembangan adalah apa saja yang harus dialami, dilakukan oleh individu pada tahap perkembangan tersebut agar pada tahap perkembangan tersebut, individu mencapai pertumbuhannya secara maksimal.
Baca Juga:
Puluhan Murid SMP di Mataram Serang Murid SD Yang Sedang Belajar Hingga Ketakutan
Sekolah sebagai lembaga pendidikan, dalam kebijakan pendidikan dan pengajarannya harus mempertimbangkan tahap perkembangan di satu sisi, namun pada sisi yang lain harus melaksanakan tugas perkembangan para murid.
Menurut hemat saya, yang dilakukan oleh SD di Lumajang ini hanya mempertimbangkan tahap perkembangan, tetapi kurang memenuhi tugas perkembangan para murid.
Dilihat dari tahap perkembangan para murid SD kelas VI tengah berada pada usia 12-13 tahun. Pada usia ini, menurut Piaget, mereka berada pada tahap perkembangan kognitif operasional formal.
Pada tahap ini, mereka tidak hanya dapat berpikir deduktif, hipotetis, induktif, saintifik, melainkan juga sudah dapat berpikir abstrak reflektif. Oleh karena itu mereka sudah dapat melakukan penelitian. Jika dalam penelitian mereka didampingi dengan baik, hasil yang mereka capai bisa jadi sangat bagus.
Namun jika dilihat dari tugas perkembangan mereka di usia tersebut, meskipun secara tahap perkembangan mereka bisa meneliti, bukan berarti dapat dilakukan. Bisa jadi meneliti dan menulis karya ilmiah yang terlalu dini, dapat menghambat mereka untuk mencapai tugas perkembangan mereka.
Baca juga :
Pada usia 12-13 tahun, menurut Havighurst, tugas perkembangan yang harus murid-murid lakukan adalah belajar kecakapan fisik untuk bermain, membangun sikap menyeluruh terhadap diri sendiri sebagai organisme.
Selain itu, mereka juga perlu belajar bergaul dengan teman sebaya, belajar memainkan peran sebagai perempuan atau laki-laki, mengembangkan kecakapan dasar menulis, membaca dan menghitung.
Tugas perkembangan lain yang harus dijalankan adalah mengembangkan konsep yang diperlukan sehari-hari, mengembangkan nurani, moralitas dan skala nilai. Mengembangkan kemandirian pribadi serta membentuk sikap terhadap kelompok dan lembaga.
Jika tugas perkembangan ini tidak dilakukan, anak akan kehilangan landasan yang penting untuk bertumbuh dengan baik di usia selanjutnya.
Menurut hemat kami, yang dilakukan oleh SD di Lumajang tersebut merupakan praktik pembelajaran yang digegas, karena tidak berfokus pada tugas perkembangan para murid pada usia tersebut.
Di Indonesia ada banyak praktik pendidikan dan pengajaran yang digegas seperti ini, yang tampaknya keren bagi sekolahnya, namun berdampak tidak menumbuhkan bagi para murid.
Sesuatu yang bertentangan dengan hakikat pendidikan dan pengajaran. Padahal esensi pendidikan dan pengajaran di sekolah adalah pertumbuhan para murid.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto dari SekolahDasar.net
Leave a Reply