Resolusi Tahun Baru : Resolusi Mencintai Diri Sendiri

Budaya
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Tahun baru hampir selalu disambut dengan perayaan yang gegap gempita. Dari lorong setapak pedesaan hingga jalan raya perkotaan, bunyi petasan, kembang api, hingga deru mesin kendaraan bermotor yang merayap di tengah keramaian adalah pemandangan lazim yang kita temui pada malam pergantian tahun.

Seperti menjadi sebuah tradisi, menyongsong tahun baru dengan menceraikan diri dari kesepian dan kesendirian terasa lebih berkesan ketimbang sekadar bersembunyi di balik bilik.

Kecuali bagi mereka yang memang tidak terbiasa dengan kerumunan, melakukan ritual pribadi semisal kontemplasi atau berdiam diri di atas ranjang barangkali terasa lebih menarik. Toh setiap kita punya cara masing-masing untuk merayakan tahun baru.

Sesungguhnya, apa yang istimewa dari tahun baru? Bukankah pertukaran tahun menjadi sesuatu yang wajar dan tak bisa dihindari? Apa bedanya pergantian tahun dengan pergantian hari atau minggu, atau barangkali pergantian jam?

Baca Juga: Selamat Jalan 2021 – Selamat Datang 2022

Bukankah semuanya adalah perkara bergulirnya waktu yang tiada sanggup kita hentikan, bahkan dengan kekuatan super sekalipun? Lantas, apa yang membuat momentum tahun baru menjadi begitu spesial? Apakah gerangan rahasianya?

Satu hal yang selalu lekat dengan peristiwa tahun baru ialah resolusi, semacam rencana hidup atau cita-cita yang ingin dicapai pada satu periodisasi waktu bernama tahun.

Tiap-tiap orang bisa jadi memiliki resolusi yang berbeda : menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, menikah, melakukan perjalanan wisata ke luar negeri, menerbitkan buku antologi cerpen, atau meluncurkan album musik terbaru.

Resolusi seolah menjadi sesuatu yang “wajib ada” ketika seseorang merayakan tahun baru. Tanpanya, rasanya perayaan tahun baru tidaklah lengkap.

Sebuah resolusi memang laksana target hidup yang bisa mendorong siapa saja untuk dengan tekun dan teguh menempuh segala cara untuk mencapainya. Resolusi tak semestinya menjadi sebuah ajang kompetisi antar individu.

Baca Juga: Setelah Pesta Natal, Lalu Apa?

Membandingkan resolusi seseorang dengan orang lain bukan merupakan tabiat yang sehat, sama halnya dengan membandingkan pencapaian seseorang dengan orang lain. Setiap kita, tanpa terkecuali, selalu hebat dengan cara kita masing-masing.

Waktu terus bergulir tanpa mampu kita cegah. Dan dalam perputaran waktu tersebut, tak jarang kita menemukan ragam rupa tantangan, yang seakan menjelma kuk mahaberat yang menindih pundak kita dan membuat kita tak berdaya.

Ada kalanya kita akan merasa lelah. Memvalidasi perasaan kita adalah sesuatu yang normal. Sayang, tak banyak yang berani mengakui bahwa pengingkaran terhadap perasaan lelah ialah suatu kesalahan.

Di tengah banyaknya resolusi yang barangkali telah disiapkan oleh tiap-tiap orang, adakah yang dengan lantang mengumandangkan resolusi  untuk mencintai diri sendiri? Bisa jadi akan timbul pertanyaan demikian :

“Pentingkah mencintai diri sendiri terdaftar dalam resolusi tahun baru?”. Jawabannya, bisa jadi iya, dan sebaliknya, bisa jadi tidak.

Baca Juga: Soal Pendidikan, Mengapa Harus Kontekstual?

Tapi di atas semua resolusi yang tertata rapi dalam rencana hidup kita, adakah kita pernah, untuk sekali saja, mempertanyakan kepada diri kita sendiri, apakah kita berani untuk tidak mengingkari janji pada deretan resolusi kita, dengan tanpa menanggalkan cinta untuk diri kita sendiri?

Apakah yang akan terjadi bila suatu saat, di tengah perjalanan menuju puncak resolusi, kita bertandang dengan kelelahan yang amat sesak terasa?

Akankah kita terus memaksa diri untuk giat bekerja demi mencapai target, tanpa sedikit pun mengizinkan diri kita untuk menemui perhentian-perhentian penting yang bakal menjadi titik kontemplasi bagi kita?

Sadar atau tidak, acapkali kita gagal mewujudkan cinta untuk diri sendiri, lantaran terlampau asyik mengejar rencana demi rencana.

 Pernahkah untuk sedetik saja kita berhenti, lalu meyakinkan diri sendiri, bahwa kita tidak sedang menciptakan jejak demi jejak, untuk sekadar menjadi bahan pembuktian diri kepada orang lain.

Segala kerja kita menuju karya semestinya dibarengi intensi bahwa kita melakonkannya karena kita mencintai diri kita sendiri.

Baca Juga: Menulis Menjadikanmu Abadi

Dengan demikian, niscaya, kita tidak akan terperangkap dalam keadaan mendesak diri sendiri, melainkan bersama diri sendiri, kita melewati semua etape kehidupan, hingga tiba di puncak resolusi dengan mengangkat piala kemenangan.

Apapun resolusi Anda di tahun yang baru ini, pastikan bahwa akan terus membarengi diri sendiri, mencintai diri sendiri, tanpa karena, tanpa tapi, dan tanpa meski. Selamat berkelana! Selamat mencari! Kehidupan adalah pertanyaan dan jawaban dari pertanyaan itu ada di kehidupan.

Foto dari liputan6.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of