Eposdigi.com – Manusia adalah makhluk sosial sehingga kita perlu untuk berelasi dengan orang lain. Di mana pun dan kapanpun selalu saja ada kontribusi orang lain dalam kehidupan kita.
Terlepas dari dorongan sadar dan bawah sadar, kita tidak dapat mengabaikan realita tersebut karena itu hukumnya adalah pasti bahwa kita akan selalu berdampingan dengan orang lain.
Sangat penting ketika kita berelasi dengan orang lain, hendaknya kita secara sadar mengetahui motif dari tindakan tersebut. Motif atau dorongan dari sebuah tindakan, sangat berkaitan erat dengan kualitas pribadi.
Pribadi yang berkualitas akan menjadi pribadi yang tindakannya bernilai dan bermanfaat bagi orang lain. Pribadi yang tidak berkualitas tindakannya hanya sekadar mengejar kepuasan diri. Semuanya itu sangat tergantung dari tipe tindakan kita.
Baca Juga : Cahaya Menyeruak di tengah Kelam Corona
Menurut Max Weber, ada dua tipe tindakan rasional, yakni tindakan rasional yang sifatnya instrumental (ada untung dan rugi) dan value rational action (ada nilai-nilai yang ingin dihidupkan/diperjuangkan). Bagi-bagi sembako jika didasari oleh dorongan kemanusiaan, maka tindakan sosial ini dapat dikategorikan dalam tipe value rasional action.
Akan tetapi jika tindakan bagi-bagi sembako ini didasari dorongan sebagai ajang promosi (adanya dokumentasi pemberian bantuan yang kemudian dipublikasikan oleh si pemberi) maka tindakan sosial ini patut dipertanyakan, dan jelas dikategorikan pada tindakan rasional instrumental.
Kebanyakan kita secara ideal saat ini, tentu mengharapkan bahwa relasi orang lain yang merujuk pada kita, hendaknya didasari nilai-nilai hidup yang bermoral, seperti kesetiaan, kasih, pengorbanan, tanggung jawab dll. Akan tetapi pada kenyataannya, banyak sekali relasi yang didasari oleh untung dan rugi. Banyak sekali kalkukasi!
Baca Juga : Humanis di tengah Wabah COVID-19
Kalau saya melakukan ini saya dapat apa? Kalau saya membantu kamu, imbalannya apa buat saya? Kalau saya turut terlibat dalam proyek yang sampeyan tawarkan, apa yang bisa saya peroleh? Semua serba untung dan rugi. Kebanyakan isi pikiran kita saat ini hanya berorientasi pada kalkulator, serba plus minus, kali dan bagi.
Itulah realita sekarang. Degradasi moral seakan menjadi virus yang menyebar sangat cepat di belahan bumi ini. Banyak tindakan terdistorsi seakan menjadi lumrah di kalangan masyarakat saat ini. Salah satu alasan di balik tindakan tersebut mungkin di antaranya adalah untuk mengejar kepuasan diri.
Hidup di zaman sekarang dengan life competition yang ada, membuat kita perlu realistis, akan tetapi agar kita tetap meningkatkan kualitas pribadi yang lebih baik, kita perlu sadar akan dorongan dari perilaku kita.
Boleh ada untung dan rugi, toh kita hidup tidak terlepas dari angka-angka. Akan tetapi ikut sertakan juga dorongan nilai-nilai kehidupan. Tetap selalu sadar akan motivasi atau dorongan dari perilaku kita. Semoga saja tidak hanya menitikberatkan pada salah tipe tindakan tersebut.
Akan lebih baik jika, dorongan tindakan sosial yang kita lakukan, seperti yang telah dikemukakan oleh Max Weber, berjalan seimbang.
*Penulis Adalah Mahasiswa Bimbingan Konseling – FKIP Universitas Sanata Dharma
(Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto : pontianaksatu.id)
[…] Baca Juga: Untung Rugi vs Nilai Hidup […]