Eposdigi.com – Sejak membaca seri pertama tentang ayah termuda, dari dua seri yang terbit di depoedu.com pada tanggal 10 dan 11 April, saya ingin menulis refleksi atas seri itu, untuk mengajak para pembaca belajar dari kisah tersebut. Dan tulisan yang anda baca ini adalah realisasi dari keinginan tersebut.
Orang tua perlu berubah
Saya mau mulai dengan kutipan ungkapan dari Ibu Alfie, setelah mengetahui bahwa anaknya yang baru berumur 13 tahun, menghamili temannya, Chantelle, yang berusia 15 tahun.
“Saya pikir mereka masih kanak-kanak, jadi saya tidak terlalu memperhatikan apa yang mereka lakukan di kamar”, kata Ibu Alfie.
Ungkapan ini ia sampaikan setelah sebelumnya ia terkejut mendengar kabar bahwa Chantelle hamil karena anaknya yang berusia masih sangat belia.
Begitulah yang terjadi. Juga yang terjadi pada hubungan antara orang tua dan remaja kita. Banyak orang tua berpikir bahwa anaknya masih kecil. Padahal anak sekarang hidup dalam dunia yang sangat berbeda.
Karena asupan makanan mereka lebih bergizi, pertumbuhan fisik merekapun menjadi lebih cepat. Sementara kematangan fisik merupakan landasan bagi perkembangan psikis.
Jika faktor fisik menunjang, maka perkembangan psikis akan mengikuti. Apalagi saat ini, faktor yang merangsang kematangan psikis sangat banyak dan luas. Bahkan seluas dunia.
Seluas dunia? Ya, seluas dunia. Karena teknologi komunikasi dan jaringan internet, maka semua peristiwa dari seluruh dunia dapat mereka akses. Ini kemudian merangsang pertumbuhan kematangan psikis mereka.
Apalagi di internet, semua hal, mulai dari yang paling baik hingga yang paling dilarang, dapat mereka akses, dan ada dalam genggaman mereka. Di internet, semua terbuka dan berebut mempengaruhi remaja untuk kepentingan sponsor masing-masing. Pornografi adalah salah satunya.
Inilah yang membuat remaja sekarang lebih cepat matang secara psikoseksual. Bukan cuma lebih cepat tahu tentang sex, tetapi juga lebih cepat matang secara sexual, lebih cepat mencapai usia akil baliq.
Remaja laki-laki lebih cepat mengalami mimpi basah, dan remaja perempuan lebih cepat mengalami menstruasi. Jika keduanya sudah mengetahui bagaimana melakukan hubungan seksual, mengalami rangsangan seksual, kemudian melakukan hubungan seksual, maka kehamilan pada pihak perempuan sangat bisa terjadi.
Perubahan itu membawa implikasi yang tidak ringan bagi orang tua. Remaja mereka adalah remaja masa kini, bukan remaja seperti saat para orang tua berusia remaja. Pada usia 12 tahun, remaja kita bukan lagi “masih bau kencur”, yang tidak mengerti apa-apa.
Informasi yang mereka akses bisa jadi membuat mereka sudah mengerti tentang hubungan seks. Maka bila melakukan hubungan seks dengan teman laki-lakinya, remaja perempuan sudah bisa hamil.
Baca Juga: Apa yang Dilakukan oleh Ayah Termuda di Dunia Ini Ketika Anaknya Diakui oleh Laki-laki lain?
Padahal secara sosial. mereka belum siap menjadi orang tua, karena masa bersekolah untuk menyiapkan kehidupan karier masih panjang. Selain itu, mereka juga belum mandiri secara ekonomi. Secara mental pun mereka belum dewasa.
Ini berarti orang tua sudah arus berubah. Anak harus diterima sebagai anak zaman sekarang. Mereka perlu didampingi, dibekali dengan pengetahuan, agar memahami dampak sebuah tindakan, serta mengetahui konsekuensi dari tindakannya.
Orang tua tetap perlu mengawasi, namun pada saat yang sama, tetap berupaya menjadi teman yang baik bagi anak. Teman yang baik adalah seseorang yang lebih mau mendengarkan daripada menasehati.
Tampaknya ini yang tidak dilakukan oleh orang tua Chantelle dan orang tua Alfie, sang ayah termuda, yang Eduers baca di Depoedu.com, dalam dua seri sebelumnya.
Merendahkan anak seperti komoditi
Pada seri kedua kita membaca bahwa semua rentetan kejadian sejak dari seri pertama ternyata merupakan hasil rekayasa dari orang tua Chantelle.
Diungkapkan pada edisi itu bahwa Alfie dipilih sebagai ayah dari anak yang dikandung oleh Chantelle, karena sebagai anak ingusan, kisahnya dipandang bisa menjadi kisah paling menghebohkan Inggris. Juga paling menarik perhatian pers Inggris.
Kita juga membaca bahwa kisah Alfie, sang ayah termuda, memang selalu menjadi berita utama pada media main stream di Inggris, seperti Elite Reders, the Sun, dan Mirror. Kita juga tahu, pers memang memerlukan sensasi untuk menaikkan rating mereka.
Dari sisi ini menurut saya, orang tua Chantelle berhasil. Kabarnya Ia memang mendapat banyak uang dari kasus ini.
Namun tindakannya merekayasa kasus untuk mendatangkan uang, dilihat dari kacamata pendidikan, adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab sekaligus sangat merendahkan anaknya.
Tindakan ini jelas merendahkan, karena anak yang sedang berada dalam kondisi bermasalah justru dijadikan komoditi. Kondisi sang anak diabaikan, masalah yang dialami dibiarkan dan jauh dari upaya penyelesaian.
Orang Tua Chantelle bahkan mengetahui sejak awal siapa yang sesungguhnya menghamili anaknya, namun sengaja menghadirkan Alfie, seorang anak yang jauh lebih muda, tidak hanya menambah masalah, tetapi juga menjerumuskan anak lain. Ini adalah tindakan yang sangat tidak bermoral.
Akan tetapi lebih dari itu, uang dan gaya hidup manusia telah merusak keluhuran nilai hidup keluarga, di mana masa depan anak yang gilang gemilang, tidak lagi menjadi tujuan hidup keluarga.
Anak malah dapat dijadikan komoditi untuk mendapatkan uang, untuk membiayai gaya hidup. Kasus ini menunjukkan bahwa keluarga sedang dilanda krisis yang serius.
Dalam rangka mengerjakan tulisan ini, saya tergoda untuk mencari tahu, bagaimana nasip anak yang dikorbankan orang tua seperti Alfie, Chantelle, dan bayinya pada saat sekarang.
Baca Juga: Bagaimana Nasib Ayah Termuda Setelah Tes DNA?
Dalam perncarian tersebut, saya memang tidak menemukan link berita tentang kondisi terakhir Chantelle dan bayinya saat ini. Namun saya menemukan 10 link berita tentang bagaimana Alfie setelah kejadian tersebut.
Pada salah satu link di antaranya, saya menemukan berita yang di-posting belum lama ini. Judul berita tersebut adalah : Pernah Dijuluki ”Ayah Termuda” di Inggris, Pria Ini Ditangkap Polisi.
Menurut berita tersebut Alfie ditangkap polisi karena mengamuk saat mabuk. Sebelumnya, ia harus berurusan dengan pengadilan dan terancam hukuman penjara karena kedapatan mabuk, merusak mobil dan pagar rumah di dekat tempat tinggalnya.
Pada kejadian lain, ia berurusan dengan pengadilan karena kedapatan mengutil, mencuri, serta memiliki senjata imitasi. Dalam kasus tersebut ia kemudian dibebaskan, karena diketahui ia sedang berjuang mengatasi masalah kecanduan alcohol, melalui terapi medis maupun psikologis.
Ini membuktikan bahwa dalam kasus Alfie, tindakan mengorbankan Alfie terjadi dalam pengertian sesungguhnya. Alfie sungguh menjadi korban. Bahkan saat ini, masa depan Alfie memang sungguh hancur.
Mudah-mudahan melalui tulisan ini, juga dua seri tulisan sebelumnya, kita belajar mengambil tindakan yang tepat ketika remaja kita bermasalah. Bukan mencari keuntungan financial dari kasus, seolah-olah menyelesaikan kasus.
Uang yang kita peroleh, berapapun nilainya, tidak akan sebanding dengan masa depan anak kita. Dan sebagai orang tua kita sungguh sedang memamerkan betapa kita adalah orang tua yang tidak bermoral. (Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis. / Foto: msn.com)
[…] Baca Juga : Peringatan Untuk Para Orang Tua, Remajamu Bukan Komoditi […]
[…] Baca Juga: Peringatan Untuk Para Orang Tua, Remajamu Bukan Komoditi […]
[…] Ayo Baca Juga: Peringatan Untuk Para Orang Tua, Remajamu Bukan Komoditi […]
[…] Ayo Baca Juga: Peringatan Untuk Para Orang Tua, Remajamu Bukan Komoditi […]
[…] Ayo Baca Juga: Peringatan Untuk Para Orang Tua, Remajamu Bukan Komoditi […]
[…] Ayo Baca Juga: Peringatan Untuk Para Orang Tua, Remajamu Bukan Komoditi […]