Eposdigi.com – Dalam keseharian kita, kadang kita menjumpai orang-orang yang hanya mau menang sendiri. Bertindak seenaknya saja, seolah dunia ini adalah warisan pribadinya. Mereka hanya mau didengar, namun memiliki kemampuan untuk mendengarkan orang lain sangat rendah.
Atau dalam kasus sederhana lainnya. Sering kita jumpai orang yang membuang sampah sembarangan. Melanggar kesepakatan-kesepakatan sosial yang ada di tengah masyarakat.
Dalam pengalaman keseharian kita, sering kita jumpai orang-orang yang tidak memiliki sifat empati, merasa bahwa mereka tidak membutuhkan orang lain, tidak melibatkan diri dalam berbagai kegiatan di tengah masyarakat, merasa diri lebih hebat dan tidak mengakui prestasi-prestasi orang lain. Sifat-sifat seperti ini bisa kita kategorikan sebagai sifat egois.
Pertanyaannya adalah, kenapa seseorang begitu bersifat egois? Apakah sifat egois seseorang begitu merugikan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat? Atau misalnya kita juga boleh bertanya, kenapa kita cenderung menolak sifat-sifat egois dari seseorang?
Baca Juga:
Menurut saya, sifat egois seseorang tidak serta-merta datang begitu saja. Semua orang dilahirkan dengan membawa kebaikan dalam dirinya. Sama seperti sifat negatif lainnya, demikian juga dengan sifat egois pada diri seseorang.
Sifat egois ini barangkali muncul karena beberapa alasan yang melatarbelakanginya. Banyak media menulis bahwa seseorang yang memiliki sifat egois, karena dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
Pertama: Kebutuhan emosional tidak terpenuhi pada masa-masa awal kehidupannya. Pengalaman tidak dicintai, selalu diremehkan, cenderung membuat seseorang belajar untuk mencari pengakuan diri sendiri dan menciptakan ruang untuk memberi prioritas hanya pada apa yang dia butuhkan.
Kedua: Pengalaman Traumatis di masa lalu. Pengalaman adalah guru terbaik. Begitu juga untuk mereka yang memiliki sifat egois. Pengalaman traumatis ini membuat seseorang cenderung menciptakan mekanisme pertahanan di dalam dirinya,
Mereka berusaha untuk menolak potensi pengalaman pahit terjadi lagi dimasa yang akan datang dengan membatasi diri dalam hubungan dengan masyarakat lain.
Baca Juga:
Pintar Saja Tidak Cukup, Anak Perlu Memiliki Enam Karakter Ini Untuk Sukses
Tiga: Pengaruh lingkungan. Yang dimaksudkan lingkungan di sini adalah dalam arti yang luas. Mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan hingga nilai-nilai tertentu di dalam masyarakat.
Baik jika menginginkan anak-anak menjadi mandiri. Namun karang-kadang kemandirian yang diharapkan justru melahirkan sifat-sifat individualistik. Mereka yang memiliki sifat-sifat seperti ini cenderung merasa tidak membutuhkan orang lain di dalam hidupnya.
Begitu juga dengan masyarakat yang memberi perhatian yang terlalu ekstrim pada pencapaian pribadi seseorang.
Masyarakat yang terlalu menghargai pencapaian pribadi kadang menolak bahwa dalam banyak kasus pencapain seseorang justru datang dari dukungan banyak pihak. Pada masyarakat yang seperti ini, maka sifat egois bisa saja tumbuh subur di antara mereka.
Empat: Takut kehilangan. Kepemilikan yang terbatas, dalam arti yang luas, membuat seseorang cenderung mempertahankan hak miliknya itu dan tidak memberi kesempatan kepada orang lain untuk memanfaatkan sumber daya miliknya yang terbatas tersebut.
Lima; Kekuasaaan. Seseorang yang memegang kekuasaan yang besar di tangannya, merasa bahwa dia bisa memegang kendali hidup orang lain. Akitanya dia bisa berbuat sekehendak hatinya, tanpa memikirkan orang lain.
Hal-hal diatas, sangat mungkin bukan satu satunya penyebab seseorang memiliki sifat egois, mungkin masih banyak penyebab, atau bahkan kelima hal tersebut bisa jadi bukan penyebab dominan seseorang bersifat egois.
Baca Juga:
Empat Hal Ini Salah, Namun Sering Dilakukan Orang Tua terhadap Anak
Mengingat bahwa sifat egois kurang mendapat tempat dalam setiap hubungan kita dengan orang lain, maka sifat ini harus sedikit demi sedikit kita hilangkan.
Bukan hanya agar kita bisa diterima dalam pergaulan dengan orang lain namun sifat egois ternyata juga mempengaruhi kepribadian kita sendiri. Sifat egois bisa membuat seseorang merasa kesepian, depresi dan tidak diinginkan.
Lantas bagaimana caranya agar kita terhindar dari sifat-sifat egois? Pertama, membangun kesadaran diri, untuk mengenali kemudian mengelola perasaan egois yang kita miliki.
Kedua: Berlatih secara konsisten untuk menghilangkan sifat egois. Sesuatu yang baik, akan menjadi kebiasaan jika dilakukan secara konsisten dalam jangka waktu yang lama.
Memberi Empati, kemampuan untuk kerjasama, bertanggung jawab, menerima perbedaan, membiasakan bersyukur, adalah hal-hal baik yang harus dilakukan berulang-ulang, secara konsisten setiap hari dan dilakukan dalam jangka waktu yang lama, maka sifat baik ini akan dengan sendirinya menghilangkan sifat egois.
Baca Juga:
Tiga: Berpikir sebelum bertindak. Sebuah kalimat sederhana begini ‘ Gimana Entar” dan “Entar gimana” ternyata memiliki makna yang sungguh mendalam dan berbeda.
“Gimana Entar” itu berarti melakukan dulu, dan mengabaikan konsekuensi dari apa yang mau dilakukan. Sebaliknya “Entar Gimana” memberi kesempatan untuk memikirkan secara serius dampak dari perbuatan terlebih dahulu sebelum perbuatan itu dilakukan.
Dengan memikirkan berulang-ulang sebelum bertindak kita sudah memberi kesempatan kepada diri sendiri untuk tidak bersifat egois.
Solusi yang ditawarkan ini bukanlah rumusan baku, yang kalau dipraktekan maka sifat egois akan punah dari muka bumi. Sebab pada akhirnya kita semua memiliki pilihan masing-masing untuk bertindak. Termasuk pilihan untuk tetap bertindak egois dengan segala konsekuensi negatifnya.
Foto dari tajukflores.com
Leave a Reply