Eposdigi.com – Zaman sekarang kita sulit menemukan keluarga dengan anak banyak. Pasangan suami istri dengan anak lebih dari lima orang pada umumnya sudah terbilang banyak. Keberhasilan program Keluarga Berencana pada zaman Orde Baru membuat orang berpikir bahwa memilki anak lebih dari empat itu sudah terlalu banyak.
Selain karena mendidik anak di zaman sekarang tidak mudah, biaya hidup juga tidak murah, apalagi biaya pendidikan. Menyiapkan biaya pendidikan untuk dua anak saja butuh banyak uang, apalagi menyiapkan biaya pendidikan untuk jumlah anak lebih dari dua.
Cara berpikir ini rupanya tidak berlaku pada pasangan Kamarudin (56) dan Najrah Rasyid (48) dari Kolaka Utara, Sulawesi Tengara ini. Pasangan suami-istri ini, memiliki 16 anak kandung dan ke-16 anak ini berhasil dididik dengan baik oleh pasangan ini.
Buktinya, ke-16 anak ini selain dapat bersekolah semuanya, di mana dua anak dari pasangan ini sudah berhasil jadi sarjana. Selain itu, semua anak dari pasangan ini hafal Al-Qur’an. Tiga anak hafal 30 juz Al-Qur’an. Anak yang lain hafal 10, 15 dan 20 juz.
Baca juga :
Bagaimana Madrasah Ini, Menciptakan Generasi Qurani yang Memiliki Kapabilitas Akademik?
Sehari-hari Kamarudin bekerja sebagai guru agama di Sekolah Dasar Negeri 1 Kotoi. Kamarudin merasa bersyukur karena telah diangkat menjadi pegawai negeri setelah cukup lama mengajar sebagai guru honorer dengan gaji yang sangat kecil.
Kisah keluarga ini bermula ketika Kamarudin bertemu Najrah Rasyid di sebuah pesantren di Pangkep Sulawesi Selatan. Mereka lantas berpacaran lalu memutuskan untuk menikah tahun 1996. Putra pertama mereka lahir 10 bulan kemudian.
“Anak pertama kami Nurfaaiqah lahir pada 12 Oktober 1996. Sedangkan anak bungsu kami Zayyan Aqif Rahmani lahir pada 29 Desember 2015,” kata Kamarudin seperti dilansir pada laman iNewsSulut.id.
Kamarudin menambahkan, saat ini anak pertamanya berumur 25 tahun. Sedangkan anak bungsunya (anak ke-16) saat ini berusia 6 tahun 3 bulan. Tiga anak pertamanya lahir di Pangkep. Setelah itu keluarga ini memutuskan untuk pindah ke Kolaka Utara.
Di tempat baru ini, anak ke-4 hingga anak ke-16 lahir. Karena keadaan serba terbatas, maka anak-anak lahir dalam kondisi yang serba darurat. Kamarudin bahkan membantu persalinan istrinya sendiri sejak anak ke-7 hingga anak ke-15 lahir.
Baca juga :
“Sejak anak pertama hingga anak keenam lahir, saya selalu menunggui istri melahirkan dan saya jadi belajar bagaimana menangani proses kelahiran, dan saya harus mengeluarkan uang untuk biaya persalilan yang tidak kecil. Waktu itu sebagai guru honorer terasa sangat berat,” kata Kamarudin.
“Maka ketika istri saya hamil dan melahirkan anak ke-7, akhirnya saya membantu persalinan istri sendiri. Ternyata prosesnya berjalan lancar, sehingga pada saat kelahiran anak ke-8 hingga anak ke-15 saya lakukan sendiri tanpa bantuan paramedis,” tutur Kamarudin.
“Untuk memutus tali pusar, saya menggunakan silet yang dibakar, sebagai cara melakukan proses sterilisasi. Ini saya lakukan untuk menghemat biaya persalinan, sebagai guru honorer. Sedangkan proses kelahiran anak ke-16 dibantu paramedis. Waktu itu saya sudah diangkat jadi pegawai negeri.”
Kamarudin kemudian membagi kisahnya tentang bagaimana ia membiayai pendidikan anak-anaknya. Ia bersyukur lantaran anak-anaknya memperoleh beasiswa karena berprestasi. Kini tiga anaknya sudah lulus kuliah.
“Anak-anak sekolahnya dapat beasiswa semua, karena berprestasi. Tamat SD anak-anak saya masukkan ke pesantren. Satu anak, anak ke-7, dapat beasiswa dari dinas pendidikan Kolaka Utara untuk sekolah di Jogja,” tutur Kamarudin seperti dilansir pada laman iNewsSulut.id.
Baca juga :
Kementerian Agama Selenggarakan Pelatihan Koding bagi Madrasah
Untuk membiayai hidup sehari-hari, selain mengajar Agama di SD sebagai pegawai negeri, Kamarudin juga mengajar di Pesantren 77, di desa Totalan, Kolaka Utara. Sedangkan istrinya Najrah Rasyid membantunya dengan berjualan kue di kantin sekolah tempat Kamarudin bekerja, di sela kesibukannya mengurus anak.
Bagi Najrah, kesibukan mengurus semua anaknya dan membantu suami mencari tambahan, dialami sebagai hal yang biasa. Karena sejak mondok di pesantren, ia sudah terbisa diberi amanah, tinggal di rumah warga yang sudah berkeluarga dan punya anak. Dari sana ia telah banyak belajar mengasuh anak.
Itulah pasangan Kamarudin, seorang guru agama dan istri menjalani hidup keluarga mereka. Mereka membuat kita takjub karena dalam keterbatasan, mereka berhasil mendidik anak hingga menjadi hafiz Al-Qur’an.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com / Foto: radarsultim.com
Leave a Reply