Eposdigi.com – Waktu berjalan cepat. Tanpa disadari kita sudah berada di tahun ke 23 usia abad 21. Abad ini diwarnai oleh berbagai perubahan yang dipicu oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama teknologi di bidang informasi dan komunikasi.
Temuan seperti internet dan komputer memicu secara luar biasa perkembangan dan perubahan pada cara memproduksi dan menyebarkan informasi. Kehadiran mesin pencarian seperti google dan sekarang C, sangat memudahkan mengakses dan memproduksi informasi.
Kemudahan mengakses dan memproduksi informasi ini kemudian mendorong inovasi lanjutan yang melahirkan media sosial dan media online berbasis aplikasi, seperti facebook, twiter, whatsaap, YouTube, TikTok dan Zoom menyebabkan semua orang dapat menjadi produsen dan penyebar informasi.
Perkembangan ini menyebabkan percepatan penyebaran informasi. Dulu dibutuhkan waktu lama untuk mengakses informasi tentang temuan baru atau peristiwa sains terbaru, sekarang bahkan pada waktu yang sama, peristiwa dan informasi sains di Eropa dan Amerika dapat serentak diakses di seluruh dunia.
Baca juga :
Syarat Menjadi Guru Semakin Berat, Harus Lulus Pasca Sarjana. Bagaimana Kesejahteraannya?
Perkembangan ini pada satu sisi mendatangkan kebaikan, tetapi di sisi lain memicu disruption dalam berbagai bidang kehidupan, bahkan banyak profesi menghadapi tantangan dan tuntutan adaptasi segera atau tidak lagi diperlukan karena tidak lagi relevan.
Salah satu profesi yang harus beradaptasi karena sedang menghadapi ancaman disruption adalah profesi guru. Untuk dapat menghadapi tantangannya, perlu dirumuskan terlebih dahulu wujud tantangannya sehingga memudahkan untuk menghadapi tantangan tersebut.
Tantangan Profesi Guru
Pada abad 20, produksi dan penyebaran informasi menjadi hak sekelompok elit tertentu. Ketika itu salah satu peran guru yang penting dalam proses belajar mengajar adalah menjadi agen penyebar informasi dan pengetahuan. Guru bahkan menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber pengetahuan bagi para murid.
Baca juga :
Bill Gates Prediksi Khanmigo ChatGPT versi Asia, Bisa Mengganti Peran Guru dalam Waktu Dekat
Saat ini guru dan murid berada di zaman di mana pengetahuan dan informasi dapat diakses dengan mudah juga oleh para murid. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber informasi dan pengetahuan. Bukan hanya khasanah pengetahuan yang sudah ada melainkan juga perkembangan pengetahuan terbaru.
Oleh karena itu tantangan pertama adalah bagaimana proses belajar mengajar di kelas dapat menggunakan khasanah pengetahuan dari berbagai sumber yang tersedia tersebut untuk membentuk sikap ilmiah, kemampuan berpikir, kemampuan merumuskan masalah, dan kemampuan memecahkan masalah para murid.
Jika guru tidak melakukan proses adaptasi dan transformasi untuk beralih dari menjadi sumber informasi dan pengetahuan ke arah menjadi fasilitator untuk pembentukan sikap ilmiah murid, proses belajar mengajar akan menjadi proses yang membosankan murid.
Kenapa membosankan? Karena semua hal yang dibicarakan sudah diketahui oleh murid. Selain itu, proses belajar mengajar tidak menyiapkan para murid untuk memiliki keterampilan yang mereka perlukan untuk menghadapi tantangan hidup mereka kelak.
Baca juga :
Guru Sebagai Pekerjaan Profesional, Tapi Guru Paling Banyak Terjerat Pinjaman Online Ilegal
Selain itu, guru yang hanya mempunyai kemampuan mentransfer pengetahuan dan informasi akan digantikan oleh Artificial Intelligence seperti ChatGPT. Bahkan menurut Bill Gates, Khan Academi melalui proyek Khanmigo sedang menyiapkan Chatbot berbasis GPT-4 yang dapat berperan sebagai guru virtual.
Khanmigo oleh Bill Gates disebut mampu memudahkan murid belajar matematika, sains dan humaniora. Khanmigo bahkan dapat juga digunakan untuk melatih murid untuk membaca dan menulis secara efektif.
Tantangan kedua yang harus dihadapi oleh guru berkaitan dengan peran mendidik yang hingga kini belum bisa diambil alih oleh artificial intelligence. Keterampilan teknis berkaitan dengan peran ini adalah kemampuan guru menginspirasi dan memotivasi murid.
Untuk dapat menginspirasi dan memotivasi murid, saat ini guru menghadapi tantangan yang serius. Hal ini terjadi karena banyak guru saat ini tidak lagi berhasil menjadi tokoh panutan murid, karena melalui media para murid dapat menemukan tokoh panutan alternatif.
Di samping itu, untuk dapat terus memotivasi dan menginspirasi, seorang guru sebagai profesional dituntut untuk memiliki wawasan yang luas dan wawasan yang selalu dibaharui. Ini menuntut guru untuk selalu mengembangkan diri, di antaranya dengan membaca.
Baca juga :
Namun saat ini guru yang selalu mengembangkan diri dengan membaca sangat sulit dicari. Jika tantangan ini tidak dihadapi, guru sulit melakukan peran mendidik tersebut dengan baik. Padahal ini adalah satu-satunya peran yang hingga saat ini, menjadi peran untuk mempertahankan eksistensi sebagai guru.
Inilah dua tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh guru dan lembaga-lembaga yang mengurusi pendidikan. Tanpa upaya yang serius untuk menghadapi dua tantangan ini, secara eksistensial seorang guru dapat terancam.
Tentu saja guru yang dapat bertahan di era abad 21 adalah guru yang dalam pengajarannya mampu mengembangkan kemampuan berpikir murid, bukan sekedar melakukan transfer pengetahuan, selain mampu memotivasi dan mengispirasi murid. Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2023.
Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com / Foto: kompasiana.com
Leave a Reply