Eposdigi.com– Dalam seratus tahun terakhir, dunia sudah berubah secara drastis. Kuda menjadi mobil, komunikasi antarnegara dapat terjadi dalam satu pencetan, dan musik konser ada di ujung jarimu. Tetapi, ada satu hal yang belum berubah, yaitu sistem pendidikan kita, yang masih dikalibrasi untuk dinamika dunia ratusan tahun lalu.
Dapat dilihat bagaimana sistem pendidikan kita merupakan ide yang efektif seratus tahun lalu, di mana murid yang baik adalah orang yang dapat mengikuti peraturan dengan sempurna, disiplin, tidak meragukan informasi yang diberikan, percaya apapun yang disampaikan oleh guru, dan dapat selalu bekerja. Sangat sesuai dengan hal-hal yang diajarkan sekolah sampai saat ini.
Baca juga: Ekstrakurikuler Teater SMP Kanisius Jakarta
Tetapi, kita sudah di jaman modern, di mana pekerjaan seperti pekerja pabrik tidak lagi diperlukan akibat perkembangan teknologi. Dengan adanya sistem pendidikan seperti yang dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa sistem pendidikan seperti itu malah buruk bagi para peserta didik, karena sistem pendidikan tradisional tersebut mendukung pemikiran tertutup dan berseragam. Apa yang diajarkan tidak sesuai dengan kebutuhan pekerjaan yang ada di lapangan.
Ini sangat kontras dengan dinamika dunia sekarang, di mana pemikiran kritis dan unik diperlukan untuk menjadi seorang yang sukses. Pada zaman ini, murid hasil sistem pendidikan Indonesia belum pantas disebut sebagai “terdidik”. Hal ini disebabkan karena nilai-nilai yang ada dalam skill abad 21 belum sepenuhnya terwujud, seperti berpikir kritis dan memiliki kreativitas dalam mencipta.
Upaya Pencegahan Permasalahan Sistem Pendidikan di Indonesia
Solusi untuk membantu mencegah krisis pemikiran kritis di murid-murid Indonesia mungkin adalah merevisi sistem pendidikan Indonesia untuk lebih memungkinkan murid memilih dan membuat pilihan mereka sendiri.
Suatu sistem di mana siswa dengan pemikiran yang berbeda dan unik diberi reward. Seperti tugas menulis karangan, Research Paper, Projek Pribadi, dll. Ini memungkinkan murid menggunakan pemikiran kritis mereka dengan semaksimal mungkin untuk mendapat nilai tinggi.
Adanya reword membuat siswa semakin terdorong untuk memacuh dirinya dalam belajar. Dengan reword, siswa belajar, bahwa untuk mendapatkan sesuatu, ia perlu mengembangkan sikap kritis dan kreativitasnya.
Baca juga: Ekstrakurikuler Bulu Tangkis SMP Kanisius Jakarta
Pemerintah Indonesia sudah mengimplementasi beberapa hal untuk membantu mencegah ini, seperti Kurikulum Merdeka yang mana terdapat kemampuan abad 21 yang perlu dikembangkan dalam Profil Pelajar Pancasila. Dua dari enam poin Profil Pelajar Pancasila adalah “Kreatif”, dan “Bernalar kritis.”
Kurikulum merdeka merupakan pergantian kurikulum yang bertujuan untuk lebih mudah mencapai Profil Pelajar Pancasila. Secara teori, perubahan-perubahan ini akan menghasilkan murid yang terdidik. Bukan tidak mungkin bahwa pendidikan Indonesia akan akhirnya menghasilkan murid-murid mandiri dan sukses.
Akan tetapi, banyak sekolah “mengadaptasi” kurikulum ini hanya mengganti dokumen dan sistem administrasi, tapi cara mengajarnya tidak berubah. Ibarat kata, apapun makanannya, minumnya tetap sama.
Menurut Kepala Sekolah Penggerak SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta Sri Sayekti yang dikutip dari (Jawapos.com 16/02/2023) Guru perlu diberi penekanan untuk beradaptasi dan berinovasi dalam proses mengajar yang disesuaikan dengan konsep Kurikulum Merdeka.
Baca juga: Sang Biang Kerok Menteng Raya
Akhir kata, Indonesia sudah bertujuan baik dengan pilihan-pilihan mereka dalam mengembangkan sistem pendidikan. Walaupun kita tidak akan melihat pendidikan yang sungguh-sungguh sempurna di Indonesia dalam waktu singkat, kita dapat yakin bahwa Indonesia sedang berusaha sehingga pendidikan serta hasil murid di Indonesia akan terus berkembang seiring berjalannya waktu.
Foto: Satu persen/Penulis adalah siswa SMP Kolese Kanisius Jakarta Kelas 7
SEAN
Opini yang bagus