Belajar dari Sekolah Cikal Lebak Bulus untuk Implementasi Kurikulum Merdeka

Daerah
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Di Indonesia ada beberapa sekolah yang karena dikelola oleh pribadi yang memahami konsep dan praktik pendidikan, maka praktik pengelolaan sekolah tersebut mendahului perubahan yang didorong oleh negara.

Melalui sejumlah episode Program Merdeka Belajar, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melakukan serangkaian perubahan. Salah satu di antaranya adalah memberlakukan Kurikulum Merdeka.

Pada Kurikulum Merdeka, murid diletakkan sebagai subjek. Oleh karena itu, murid tidak hanya aktif dalam proses pendidikannya, melainkan ikut menentukan, tidak hanya apa yang dipelajarinya, tetapi juga tentang bagaimana proses belajarnya.

Dengan demikian, murid menjadi fokus utama dalam proses belajar mengajar. Pengembangan karakter dan kompetensi murid yang berlandaskan pada bakat dan minatnya menjadi orientasi utama dalam proses belajar mengajar.

Baca Juga:

Nadiem Makarim Me-launching Merdeka Belajar Episode ke-17: Revitalisasi Bahasa Daerah

Ini hanya bisa terjadi jika Kepala Sekolah dan para guru diberi otonomi penuh, dalam mendesain program dan aktivitas proses belajar mengajar, dan menciptakan iklim terbaik untuk mengembangkan karakter dan kompetensi murid sebagai individu yang unik, dengan minat dan bakat yang berbeda-beda.

Sejak dari berdirinya sekitar tahun 1999, tampaknya otonomi itu diperjuangkan dan digunakan oleh pendiri sekolah Cikal dan pengelola sekolah Cikal Lebak Bulus dalam mem-format budaya sekolahnya, mendesain kurikulum dan programnya, sehingga sekolah Cikal menjadi sekolah yang visioner, yang arah perubahannya mendahului perubahan yang kemudian didorong oleh negara.

Oleh karena itu, saat ini, jika banyak sekolah  masih meraba-raba arah perubahan yang dikehendaki oleh Kurikulum Merdeka, misalnya bagaimana format proses belajar mengajarnya, bagaimana menjadikan murid sebagai fokus, bagaimana mendisain program-programnya, di sekolah Cikal bahkan telah membudaya, seperti yang akan Eduers baca pada tulisan berikut ini.

Baca juga : 

Ini Program Prioritas Merdeka Belajar Versi Nadiem Makarim

Mata Pelajaran Cikal Aksi-aksi

Di sekolah Cikal, ada Mata Pelajaran Cikal Aksi-aksi. Cikal Aksi-aksi adalah turunan dari service learning, dan merupakan bagian dari Kurikulum Cikal 5 Stars Competencies.

Melalui program ini murid dididik untuk terjun langsung ke komunitas atau masyarakat. Dalam proses pengajarannya, guru menggunakan metode proyek.

Oleh karena itu, setiap tahun, guru dan murid mendesain proyek yang di tahap akhir melibatkan sekolab partner. Keterangan ini disampaikan oleh Biya Adawiyah dalam wawancara dengan depoedu.com.

Learning objective dari proyek tersebut ada action oriented, komunikatif, impactfull leading, inovatif, dan reflektif. Tahun ini, tema proyeknya di semester 1 adalah environmental sustainability,” jelas Biya.

Tahun ini, dalam rangka pelaksanaan proyek tersebut, Sekolah Cikal menyelenggarakan fieldtrip ke Bumi Macakal. Bumi Macakal adalah sebuah rumah tinggal yang penghuninya mempraktikkan hidup zerowaste.

Baca Juga:

Merdeka Belajar Adalah Kemerdekaan Berpikir

“Bumi Macakal itu adalah sebuah rumah tinggal yang mempraktikkan gaya hidup zerowaste. Mereka mandiri secara pangan, air, dan energi. Mereka juga mengolah sampah sendiri,” jelas guru Mata Pelajaran Cikal Aksi-aksi ini.

Menurut Biya Adawiyah, Bumi Macakal dipilih jadi lokasi fieldtrip karena cocok dengan tema proyek semester 1 ini, yakni environmental sustainability.

“Kami mengajak anak fieldtrip ke rumah Bumi Macakal supaya anak-anak mempunyai experience nyata, dan memberikan awareness bahwa ada praktik baik di negeri ini, ada orang yang benar-benar menjaga lingkungan dengan baik di negeri ini,” jelas alumni UIN Syarif Hidayatulah ini.

Baca Juga:

Kurikulum Merdeka Dan Pendidikan Pemerdekaan

“Jadi anak-anak tidak hanya didongengi, mereka harus terjun langsung, bahwa benar lho ada satu keluarga yang benar-benar berusaha untuk tidak membuang sampah ke TPA. Mereka mengolah sampahnya dengan baik, organik maupun anorganik,” lanjutnya sarjana pendidikan bahasa Inggris ini..

Sebelum datang ke Bumi Macakal, Ibu Biya sudah melakukan rangkaian kegiatan untuk menyiapkan para murid.

“Sebelum berangkat fieldtrip, sudah ada diskusi di kelas tentang tema proyek environmental sustainability. Saya memaparkan video masalah lingkungan, video berita tentang apa yang terjadi ketika tanah dan air berpolusi.

Selanjutnya, di proses berikutnya ia berusaha menumbuhkan empati para murid. Mereka juga harus menganalisa sebab terjadinya pencemaran lingkungan. Selain itu, para murid juga memikirkan solusi apa yang bisa mereka upayakan untuk menyelesaikan masalah.

Berdasarkan Hasil dari proses di tahap persiapan ini dan hasil kunjungan ke Bumi Macakal para murid merumuskan proposal, dengan topik berkaitan dengan tema proyek. Misalnya siapa yang mau memilih topik mandiri air, mandiri pangan, atau save energi.

Selanjutnya, para murid harus mempertanggungjawabkan topik proposal yang dipilih, termasuk background case-nya, dan ada masalah apa dengan topik tersebut, serta solusi-solusinya.

Baca Juga:

Nadiem Makarim Meluncurkan Kurikulum Merdeka. Apa Keunggulan dan Karakteristiknya?

Semua proses ini adalah bagian dari tahap persiapan yang dilakukan di smester1 untuk mempersiapkan pelaksanaan proyek yang dirumuskan dalam proyek proposal tersebut.

Fieldtrip yang dilakukan di Bumi Macakal adalah bagian penting dari upaya untuk menginspirasi para murid agar proposal proyek yang akan mereka kerjakan berfokus pada tema yang diusung.

Misalnya proposal terkait upaya membuat teknologi filter air, atau proyek memanen air hujan, atau proyek mengelola limbah plastik.

Selanjutnya di semester 2 ada kolaborasi antara mata  pelajaran desain dengan Mata Pelajaran Cikal Aksi-aksi untuk mendesain produk akhir dari proyek, sebagai solusi masalah lingkungan.

Dalam kolaborasi ini, para murid bisa saling memperkaya melalui apa yang mereka dapat di Cikal Aksi-aksi, baik tentang masalahnya, latar belakangnya, case-nya, bahkan solusinya.

Dengan demikian, dalam kolaborasi tersebut mereka dapat menciptakan ide produk yang lebih inovatif, yang akan mereka share pada murid dari sekolah partner di tahap kegiatan berikutnya.

Pelaksanaan proyek dilakukan di akhir semester 1 karena ini merupakan persiapan kegiatan tahap berikutnya, di mana mereka harus berbagi, menebarkan praktik baik dari proyek mereka, untuk mengupayakan solusi masalah lingkungan di lingkungan sekitar sekolah partner mereka.

Baca juga :

Dirjen Diksi Apresiasi Implementasi Kampus Merdeka di Labuan Bajo, NTT

Misalnya Sekolah Cikal berpartner dengan sekolah di Banyuwangi. Nanti mereka akan bertamu ke Sekolah Cikal. Para murid akan berdiskusi dengan para murid dari sekolah partner tentang masalah lingkungan di sekitar mereka, dan berbagi solusi atau praktek baik.

Desain pembelajaran melalui Mata Pelajaran Cikal Aksi-aksi ini merupakan model belajar dengan domain belajar tingkat tinggi misalnya menurut Taksonomi Bloom.

Melalui model pembelajaran ini ada banyak kemampuan murid dilatih, mulai dari kreativitas, kemampuan merumuskan masalah, kemampuan memecahkan masalah, melatih kemampuan kolaborasi, dan melatih kemampuan komunikasi.

Oleh karena itu, model belajar ini merupakan salah satu model belajar yang sangat dianjurkan dalam Kurikulum Merdeka. Karena melalui pola belajar ini, semua potensi dan kemampuan murid dikembangkan, termasuk kemampuan belajar sepanjang hayat.

Jika di banyak sekolah para guru sedang giat dilatih mengajar dengan metode proyek, maka di Sekolah Cikal, melalui Mata Pelajaran Cikal Aksi-aksi, mengajar dengan metode proyek telah menjadi budaya.

Bahkan menurut Biya Adawiyah, guru Mata Pelajaran Cikal  Aksi-aksi, para murid  mengerjakan proyek, sudah  sejak lama dilakukan sehingga telah menjadi diferensiasi, bahkan jauh sebelum ada Kurikulum Merdeka.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com, kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto:sekolah cikal official youtube

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of