Anak Ini Dipaksa Belajar Ibunya Tanpa Istirahat, Hingga Mengalami Nasib Naas Ini

Internasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Untuk memperoleh nilai akademik yang bagus, seorang anak memang harus didorong untuk belajar, selain pembelajaran yang dilakukan secara formal di sekolah. Meskipun seorang anak harus belajar sepulang dari sekolah, namun proses tersebut harus ada batasnya.

Kenapa? Karena kemampuan otak untuk belajar juga ada batasnya. Selain belajar, otak juga memerlukan istirahat, baik untuk pemulihan maupun untuk mengembalikan kondisi kesegaran otak, agar proses belajar maksimal dapat terjadi kembali.

Pada saat anak secara fisik berada dalam kelelahan, kesegaran otak menurun. Kondisi ini menyebabkan penurunan daya serap otak. Jika proses belajar terus dipaksakan, bukan saja daya serap belajar  yang menurun melainkan fungsi tubuh lain bisa tergangu.

Tentu saja karena otak adalah organ yang sangat sentral yang mengendalikan berbagai fungsi organ tubuh yang lain. Jika otak kelelahan, fungsinya dapat saja berhenti. Jika fungsi menggerakkan organ seperti jantung, atau paru-paru berhenti karena otak kelelahan, maka dapat berakibat sangat fatal.

Inilah yang dialami oleh Tieu Tiem, seorang anak Tiongkok. Ia dipaksa oleh orang tuanya untuk belajar, guna mempertahankan prestasi akademisnya. Sepulang sekolah ia diwajibkan oleh orang tuanya untuk belajar. Padahal jam belajar  sekolah di Tiongkok dimulai jam 08.00-16.00.

Baca juga : 

Apa Dampak Pola Asuh Permisif Orang Tua Pada Anak, Ketika Anak Dewasa?

Tieu Tiem yang harusnya istirahat untuk memulihkan otak, dipaksa belajar lagi. Ia harus mengikuti les tambahan hinga pukul 19.00 malam. Sepulang les, ia mandi dan makan malam yang menggunakan waktu kurang lebih 1 jam. Setelah itu ia lanjutkan kembali belajar hingga pukul 23.30.

Pada hari libur, Tieu Tiem tetap belajar dalam kontrol langsung Ibunya. Ia tetap harus dengan rutinitas belajar, seperti ketika hari sekolah. Bahkan pada hari libur, waktu belajarnya lebih panjang lagi. Bidang yang disukai Tiem, seperti Basket dan menggambar dilarang untuk sementara waktu.

Bagi Ibunya, Tieu Tiem harus memperoleh nilai bagus di ujiannya karena ia kelak harus dapat memasuki sekolah menengah yang bagus, sehingga akhirnya memasuki universitas yang bagus pula. Ini akan menghantar Tieu Tiem memiliki karier yang bagus dan hidup yang layak.

Proses belajar dengan jadwal yang padat ini membuat Tiem kelalahan, stress, bahkan depresi, hingga pada suatu malam ia pingsan. Ibunya memanggil ambulans dan membawa Tiem ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Sayangnya, sesampainya di rumah sakit, Tiem sudah meninggal dunia.

Baca juga : 

Kecerdasan Pada Anak Diwariskan dari Gen Ayah atau Ibu?

Dokter yang memeriksa Tiem, menjelaskan bahwa Tiem mengalami kelelahan dan depresi yang berat. Kondisi kelelahan dan depresi ini menyebabkan gagalnya kerja organ seperti jantung dan paru-paru untuk berfungsi.

Sebelum Tiem pingsan, Tiem menolak melanjutkan belajarnya. Katanya, ”Ibu, aku sangat lelah, aku mau tidur sebentar.” Tapi itu ternyata menjadi permintaan terakhirnya kepada Ibunya. Anak 9 tahun itu ternyata tertidur untuk selamanya.

Kisah tragis ini hendaknya menjadi pembelajaran kita di Indonesia. Banyak orang tua, melakukan hal yang sama; memaksa anaknya untuk belajar, guna meraih prestasi tinggi untuk memudahkan anak memasuki jenjang pendidikan terbaik berikutnya.

Dari kasus ini kita belajar bahwa, ternyata kemampuan tubuh untuk menopang proses belajar ada batasnya juga. Meskipun anak harus tekun belajar anak juga perlu istirahat. Bahkan istirahat adalah hak organ tubuh, untuk pulih dan agar dapat maksimal untuk berfungsi kembali.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com / Foto: idntimes.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of