Apa Hasil Penelitian Bank Dunia tentang Learning Loss di Indonesia?

Nasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Pandemi covid-19 memaksa sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh dengan berbagai kendalanya. Di awal, banyak guru yang tidak siap menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh, karena tidak mengusai teknologi.

Pada saat yang sama, guru dan murid pun mengalami kendala bersama misalnya banyak murid tidak memiliki infrastruktur penunjang seperti gawai, computer, yang menjadi infrasutruktur yang sangat penting dalam proses belajar jarak jauh.

Bahkan di banyak tempat tidak tersedia jaringan internet yang sangat dibutuhkan. Ketiadaan jaringan internet menjadi  kendala yang sangat menghambat. Pembelajaran dalam situasi seperti ini hanya terjadi jika guru benar-benar kreatif dan mau berjuang.

Baca Juga : Sebelas Bulan Berlangsung Pembelajaran Daring, Dapat Menyebabkan Learning Loss?

Belum lagi kendala yang lainnya. Tidak semua murid memiliki kemandirian dan disiplin, jika tanpa ada pengawasan langsung dari guru, sebagaimana proses belajar tatap muka.

Semua situasi dan kendala ini menyebabkan apa yang disebut sebagai learning loss. Pada awalnya learning loss adalah situasi di mana para murid kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan.

Dengan demikian, potensi mereka tidak dilatih dan dikembangkan. Situasi ini kemudian menyebabkan hilangnya kemamapuan akademik dan keterampilan para murid.

Jadi learning loss adalah hilangnya kesempatan mengembangkan potensi para murid.  Potensi yang tidak dilatih tersebut tidak dapat berkembang lebih lanjut bahkan dapat menyebabkan hilangnya kemampuan akademik dan keterampilan yang telah dimiliki sebelumnya.

Baca Juga : Mendesak Nadiem Makarim untuk Menunda Kembali Asesmen Nasional?

Bank Dunia dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa murid di Indonesia kehilangan 10 bulan belajar, meskipun proses pembelajaran jarak jauh terus dilakukan sejak April 2020. Hingga sekarang proses, belajar jarak jauh telah berlangsung 1 tahun 6 bulan.

Jadi menurut penelitian tersebut, proses belajar jarak jauh selama 1 tahun 6 bulan hanya efektif selama 8 bulan. Sedangkan 10 bulan lainnya adalah masa learning loss.

Bahkan peneliti Bank Dunia untuk Indonensia, Rythia Afkar menyebut learning loss di Indonesia bisa lebih tinggi lagi jika sejumlah variabel lain seperti efektivitas pembelajaran jarak jauh dimasukkan.

Baca Juga : Merayakan Kelulusan dengan Coret-Coret Baju Seragam, Kenapa Tidak?

Misalnya daerah yang jaringan internetnya sangat terkendala, maka jumlah masa learning loss-nya lebih banyak lagi Karena belajar jarak jauh di daerah tersebut pasti sangat tidak efektif.

Selain learning loss, penelitian Bank Dunia ini juga menyimpulkan  tentang efektivitas pembelajaran jarak jauh di masa pandemi. Menurut penelitian tersebut, efektivitas pembelajaran jarak jauh murid di masa pandemi juga hanya mencapai 40 persen.

Kata Rythia Afkar, efektivitas 40 persen terbilang rendah, dan kondisi memperburuk learning loss  dan kualitas belajar di masa pandemi covid-19.

Tampaknya kondisi inilah yang mendorong Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi agar segera diselenggarakan proses belajar tatap muka, untuk mencegah learning loss lebih parah lagi.

Tulisan ini sebelumnya tayang di depoedu.com kami tayangkan kembali dengan izin dari penulis / Foto: disdik.tanjabtimkab.go.id

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of