Misteri Meninggalnya Siswi Paskibraka Tangsel, Keluarga : Cukup Anak Saya Sebagai Korban.

Daerah
Sebarkan Artikel Ini:

Tangerang Selatan, Eposdigi.com – Meninggalnya siswi bernama Aurellia Qurrotaaini (16), seorang anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) masih menyisakan misteri.

Hingga kini, belum ada yang mengetahui pasti kebenaran kabar tentang dugaan kekerasan fisik yang dialami remaja dengan sapaan akrab Aurel itu. Namun keterangan pihak keluarga menyebutkan, jika siswi kelas XI MIPA 3, SMA Islam Al Azhar BSD, itu meninggal mendadak karena kelelahan.

Aurel sendiri mengembuskan nafas terakhirnya pada Kamis 1 Agustus 2019 pagi. Sedianya, siswi berparas ayu itu hendak berangkat untuk latihan Paskibraka, namun nahas dia terjatuh di rumahnya, Perumahan Taman Royal 2, Cipondoh, Kota Tangerang, hingga dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit.

Pihak keluarga sendiri menyebutkan, jika ada kejanggalan penyebab Aurel yang tiba-tiba terjatuh lemas. Dikatakan, beberapa waktu belakangan ini kondisi fisiknya tak menentu akibat tempaan saat pelatihan. Kelelahan fisik serta tugas khusus dari para seniornya diduga menimbulkan beban psikologis tersendiri.

“Kalau meninggal, yang pertama itu secara takdir Allah. Akan tetapi, kecapean yang dia rasakan, hal-hal yang diluar sistem yang dilakukan itulah yang mungkin menyebabkan semakin dropnya kondisi fisik anak kami,” terang Faried Abdurrahman (42), ayah Almarhumah Aurel, Minggu (4/8/2019).

Dilanjutkan dia, pelatihan fisik yang cukup berat tak tepat diterapkan bagi seorang siswi sekolah. Terlebih tugas Paskibraka yang paling penting adalah soal kedisiplinan dan kekompakan baris-berbaris. Sehingga Faried menganggap, sesuatu yang berlebihan jika menerapkan olah fisik demikian bagi siswi Paskibraka.

“Ada hal-hal yang berlebihan, dalam artian bahwa di luar pelatih resmi dari TNI maupun Polri, jadi ada beberapa oknum Purna Paskibraka senior-seniornya mantan Paskibraka yang memberikan tambahan-tambahan pekerjaan, seperti mengisi diary tiap hari, kemudian adanya push-up dengan tangan terkepal bagi wanita yang sebenarnya sudah nggak boleh dilakukan, squat Jump, hal-hal ini yang mungkin menambah pressure psikologis anak,” jelasnya.

Lebih lanjut, pihak keluarga sendiri mengharapkan ada perubahan SOP dalam pelatihan calon Paskibraka. Diantaranya adalah merubah olah fisik yang ekstrim, serta tugas-tugas lain. Dengan begitu, tak ada lagi jatuhnya korban yang disebabkan beratnya beban fisik dan psikologis.

“Kami sudah klarifikasi dengan kepolisian. Harapan kami tidak ingin ada imbas lain, karena meninggalnya anak saya mengakibatkan sanksi hukum orang lain. Karena menurut saya, sudah cukup anak saya menjadi korban,” tandasnya. (Foto : Wakil Wali Kota Tangsel saat menyambangi rumah duka di Cipondoh, beberapa hari lalu.)

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of