RUU Ekstradisi: Ujian bagi Pemimpin Hong Kong

Internasional
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Selama hampir dua bulan terakhir, media internasional tengah ramai memberitakan kisruh di Hong Kong terkait protes terhadap rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi yang diajukan pemerintahnya. Sejak demonstrasi pertama pada 9 Juni lalu, publik Hong Kong terus berusaha menekan pemerintah melalui rangkaian aksi-aksi lanjutan yang dilakukan hampir setiap hari. Dalam kurun waktu tersebut, telah jatuh puluhan korban luka-luka, bahkan beberapa korban jiwa. Hal ini akibat memanasnya situasi sejak bentrok antara demonstran dan aparat pada 12 Juni lalu. Meskipun pemerintah telah resmi menunda proses legislasi sejak 18 Juni, para demonstran menyatakan tidak akan berhenti hingga RUU dicabut sepenuhnya.

Diantara pihak-pihak yang terlibat, pemimpin eksekutif sekaligus pejabat tertinggi dalam struktur pemerintahan Hong Kong, Carrie Lam, adalah yang paling banyak mengundang sorotan media. Mengingat sejumlah kewenangan strategis yang dimilikinya, diantaranya menentukan kebijakan pemerintah, menyetujui RUU yang diajukan oleh dewan legislatif, serta menjalankan undang-undang, tidak heran apabila Lam dianggap sebagai sosok yang paling bertanggung jawab atas krisis yang tengah melanda. Pertanyaannya, mengapa Lam membiarkan sesuatu yang ditentang oleh sebagian besar rakyatnya?

Dalam beberapa kesempatan, Lam menyampaikan bahwa pentingnya RUU tersebut bagi Hong Kong adalah untuk menutupi kelemahan-kelemahan hukum yang ada, serta mencegah Hong Kong menjadi tempat pelarian bagi buronan-buronan dari luar wilayah. Di sisi lain, para demonstran menganggapnya sebagai ancaman terhadap otonomi khusus yang selama ini dimiliki Hong Kong dibawah sistem “satu negara dua sistem,” yang memungkinkan penduduknya menikmati sejumlah kebebasan yang tidak dapat diperoleh di wilayah-wilayah Tiongkok lainnya.

RUU ekstradisi sendiri, atau yang dirujuk oleh media internasional sebagai extradition bill, adalah aturan yang memungkinkan pemerintah Hong Kong untuk mengekstradisi penduduknya ke Tiongkok, Taiwan, dan Makau. Dengan kata lain, para demonstran khawatir RUU ekstradisi nantinya digunakan oleh Tiongkok untuk menyingkirkan musuh-musuh politiknya di Hong Kong dengan cara mengirim mereka ke Tiongkok untuk diadili menggunakan hukum setempat yang terkenal bias. Jika demikian, maka tidak hanya otonomi Hong Kong saja yang terancam, melainkan juga nilai-nilai demokrasi dan kebebasan yang selama ini dijunjung tinggi, serta aktivitas bisnis yang telah menopang perekonomian Hong Kong sejak lama.

Pertanyaan lain pun muncul terkait apakah tujuan yang ingin dicapai Lam melalui RUU ekstradisi masih sepadan dengan resiko yang sedemikian besar. Faktanya, dalam dunia politik internasional, seringkali jawabannya adalah tidak. Dalam kasus ini pun, terdapat indikasi akan adanya faktor lain yang mendorong Lam untuk tetap memperjuangkan RUU ekstradisi walaupun kurang strategis, yaitu hutang politiknya terhadap Tiongkok. Sebelumnya, perlu diketahui bahwa seorang pemimpin eksekutif di Hong Kong dipilih oleh panitia khusus yang beranggotakan sebagian besar pendukung pemerintah Tiongkok. Ditambah lagi, pada pemilu terakhir yang memenangkan Lam, jumlah anggota komite tersebut bertambah menjadi 1200 dari 800 pada pemilu sebelumnya. Dengan kata lain, tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah Tiongkok memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kiprah Lam sebagai pemimpin eksekutif, bahkan melebihi para pendahulunya.

Apakah RUU ekstradisi masih dipertahankan karena kepentingan politis atau murni pertimbangan strategis memang sulit dipastikan. Meski demikian, apapun keputusan akhir yang akan diambil pemerintah Hong Kong, dapat dipastikan bahwa Lam merupakan sosok utama dibaliknya. Untuk itu, keberhasilan pemerintah dalam menangani krisis yang tengah berlangsung akan sangat mempengaruhi persepsi publik terhadap Lam. Di tengah tekanan publik di satu sisi dan hutang politik di sisi lain, tidak berlebihan apabila beberapa bulan ke depan disebut sebagai ujian bagi Lam untuk membuktikan kapabilitasnya sebagai pemimpin.  (Foto diambil dari citraindonesia.com)

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of