Eposdigi.com – “Kami orang sederhana, Adonara Tanah Mahar Gading yang unik, si kecil yang mempesona yang taat menghayati dan menghidupi ajaran agama kami masing-masing untuk persatuan dan bukan perpecahan, untuk persaudaraan dan bukan permusuhan, untuk gotong royong dan bukan untuk penolakan maupun larangan.”
Tanah Lamaholot (Lembata, Adonara, Solor dan Flores Darat) sebuah sebutan untuk rumpun kelompok dalam satu rumpun bahasa ini pada umumnya dan Adonara pada khususnya adalah anugerah terindah bagi Republik ini.
Bukan karena kami kaya raya tetapi karena kami memiliki hati untuk Republik ini. Hati yang tulus dan yang tidak membeda-bedakan. Bahwa kami keras ya, tapi dalam urusan lain antar kami, rumah tangga kami masing-masing.
Tapi untuk Republik, kami tidak mengorbankan Republik ini dengan menindas yang satu dengan yang lain atas nama agama ataupun suku dan budaya.
Baca Juga:
Adonara, surga kecil yang memesona tersembunyi di ujung Flores Timur yang namanya mungkin mulai dikenal dan menjadi viral karena banjir bandang yang menerjang beberapa wilayah di Adonara pada 04/4/2021.
Saat itu sebuah moment terindah dalam sejarah Adonara di Presiden RI: Bapak Jokowi sebagai presiden RI pertama yang menginjakan kaki di tanah Nusa Tadon Adonara untuk menyemangati masyarakat Adonara serta mengunjungi para korban yang terluka dan sakit.
Di samping pesona Adonara dengan keindahan alamnya terutama keindahan pantai dan lautnya, rahim Adonara juga menyimpan sebuah keunikan yang tak pernah lekang oleh perkembangan zaman dan perubahan waktu yaitu mahar (belis) gading ketika terjadi perkawinan yang harus diberikan oleh pihak laki-laki kepada keluarga perempuan. \
Tanah tanpa ada jejak gajah dalam sejarah peradaban Adonara, namun menjadi tanah Mahar Gading.
Baca Juga:
Mahar Gading Gajah lambang “Harga Diri” Perempuan Lamaholot?
Unik namun tetap mempesona yang bukan hanya keindahan alamnya namun karena persatuan dan kekeluargaannya. Kecil namun menjadi besar karena perdamaian dalam perbedaan.
Bahwa ada perkelahian itu dimanapun ada. Bahwa ada perang antar kampung kami akui ada namun bukan tentang dan atas nama agama tetapi persoalan tanah.
Namun ketika berbicara agama, berbicara perbedaan yang melahirkan konflik tidak pernah ada dalam sejarah Adonara: tanah mahar gading, si kecil dan unik yang memesona.
Pesonanya selalu indah dan teduh menyejukan ketika yang Katolik bersatu dengan yang Islam tanpa pernah mengumbar fitnah dan benci termasuk tanpa pernah mempersoalkan dogma dan ajaran.
Baca Juga:
Dogma dan ajaran Adonara hanya satu yaitu adat. Adat yang mempersatukan kami sebagai sesama anak Adonara yang lahir dari rahimnya. Adat menjadi pemersatu perbedaan di antara kami.
Ketika urusan adat entah itu dalam keluarga maupun masyarakat kami semua sama. Kami hanya menemukan perbedaan ketika yang Katolik ke gereja untuk merayakan Ekaristi atau ibadat lainnya dan Islam ke Masjid termasuk saat merayakan hari raya masing-masing.
Adat yang menjadi pemersatu itu pulalah yang menjadi penguat fondasi gotong royong. Saling bahu membahu termasuk saat membangun rumah ibadah termasuk saat perayaan hari raya masing-masing, silaturahmi tanpa jarak menjadi keindahan yang mempesona.
Undang-undang kami bukan SKB 2 Menteri, tapi gemohing (gotong royong) yang merupakan buah dari adat Adonara. Ketika hendak membangun rumah ibadah yang dipertanyakan bukan IMB tapi yang disampaikan adalah kami siap membantu.
Demikian juga ketika ada perayaan umat Katolik, yang dipertanyakan bukan soal halal dan haram tapi yang disampaikan adalah kami siap hadir dengan membawa dan mengantar bagian persembahan kami untuk gereja.
Kami orang sederhana, Adonara yang unik, si kecil yang mempesona yang taat menghayati dan menghidupi ajaran agama kami masing-masing untuk persatuan dan bukan perpecahan, untuk persaudaraan dan bukan permusuhan, untuk gotong royong dan bukan untuk penolakan maupun larangan.
Baca Juga:
Pesan sederhana dari Tanah Mahar Gading: Si Kecil dan Unik yang mempesona untuk orang beragama, yang pandai dan pintar menjelaskan doktrin dan dogma agama, moderasi beragama hanya bisa terjadi kalau kearifan lokal menjadi pemersatunya. S
elama kearifan lokal menjadi musuh agama, maka selama itu pula jurang perbedaan dan perpecahan atas nama agama tidak pernah bisa dipersatukan.
Maka datang dan tinggallah bersama kami di Nusa Tadon Adonara, tanah mahar gading: si kecil dan unik yang mempesona yang mempersembahkan kearifan lokal dalam tindakan toleransi dan gotong royong untuk NKRI.
“Selama kearifan lokal menjadi musuh agama, maka selama itu pula jurang perbedaan dan perpecahan atas nama agama tidak pernah bisa dipersatukan.” (Manila: 20-April, 2023)
Foto koleksi pribadi penulis
Leave a Reply