Menyusun Financial Goal Berdasarkan Usia

Bisnis
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com“Uang bukan segala-galanya. Tapi semua hal butuh uang.” Barangkali akan sulit bagi kita untuk tidak mengamini ungkapan ini. Kenyataan inilah yang membuat semua orang berusaha, melakukan segala upaya, halal maupun haram, untuk mendapatkan uang.

Sejak manusia berusaha memenuhi kebutuhannya lewat perantaraan orang lain, sejak saat itulah benda uang mulai dikenal. Walaupun barter masih berlaku di banyak masyarakat saat ini, namun untuk menjembatani kebutuhan setiap individu yang tidak sama, uang menjadi perantara.

Dalam kehidupan modern saat ini, rasanya sangat sulit kita memisahkan diri dari uang. Moderenitas saat ini sangat sulit memisahkan antara kata ‘kebutuhan’ dengan ‘uang’.

Karena untuk mencukupi kebutuhan, kita memerlukan uang, maka uang menjadi hal bernilai yang dicari dan diperjuangkan banyak orang. Sayangnya belum semua orang dapat mengelola keuangannya untuk mencukupi semua apa yang dibutuhkannya.

Tulisan ini tentu bukanlah formula baku, yang 100 % menjamin akan membuat Anda terbebas dari masalah keuangan. Tulisan ini lebih menjadi pilihan bebas yang bisa menjadi pertimbangan untuk mengatur keuangan sehingga akhirnya uang selalu tersedia cukup pada saat dibutuhkan.

Baca Juga:

Mencegah Masyarakat Tertipu oleh Investasi Bodong

Usia pra sekolah.

Anak usia pra sekolah tentu banyak yang belum mengenal uang. Anak-anak usia pra sekolah mengenal uang melalui perilaku orang tuanya. Anak-anak mengenal uang melalui ‘jajan’.

Pada usia ini, orang tua mulai membiasakan anak untuk membeli jajanan sesuai kebutuhan. Orang tua harus tega untuk menolak keinginan anak yang mencari perhatian orang tuanya dengan meminta jajan.

Termasuk hanya membelikan mainan yang sesuai dengan usia anak. Kebahagiaan anak, tidak terletak pada seberapa mahal mainan yang dibelikan orang tuanya.

Orang tua dapat memenuhi semua kebutuhan anak, termasuk waktu bermain yang cukup dengan menggunakan semua hal yang berada di lingkungan sekitarnya, bukan mainan mahal yang dibeli. Yang paling penting adalah anak memiliki waktu yang cukup untuk bermain dengan orang tuanya.

Anak Usia SD

Pada usia ini anak-anak sudah mulai mengenal nilai uang. Karena itu anak-anak sudah mulai dibimbing untuk menyisihkan uang. Bukan menyisihkan uang jajannya. Anak boleh dibekali dengan uang jajan.

Baca Juga:

Putri Wakil Presiden Luncurkan Buku, Harapkan Ekonomi Syariah Untungkan Masyarakat

Namun yang paling penting adalah membangun kebiasaan agar anak peka dan dapat membedakan mana keinginan dan mana kebutuhan.

Pada usia ini anak-anak sudah mulai mengenal lembaga keuangan. Orang tua wajib mendampingi anak untuk mengenalkan berbagai macam fungsi dari lembaga keuangan misalnya bank dan/atau koperasi

Anak Usia SMP

Usia ini anak dilatih untuk membuat skala prioritas membelanjakan uang. Misalnya jika anak membutuhkan sepeda untuk ke sekolah maka orang tua tidak harus membelikannya sepeda motor, walaupun itu yang diminta oleh anak. Lagi pula anak usia SMP belum boleh memiliki SIM.

Pada usia SMP orang tua bisa mengevaluasi diri melalui anak, apakah orang tua cukup berhasil mendidik anak untuk membedakan mana yang kebutuhan dan mana yang menjadi keinginan.

Pada usia SMP anak-anak sudah mulai dibiasakan untuk berlatih tanggung jawab dalam hal keuangan. Misalnya membantu orang tua berbelanja bulanan dan mencatat serta mengembalikan kelebihan uang belanja yang diberikan.

Anak usia SMP pun sudah bisa menyisihkan uang dan menabungnya untuk tujuan yang spesifik. Misalnya anak membutuhkan sepatu maka dia mulai belajar menabung untuk membeli sepatu.

Baca Juga:

Mengapa Harus Investasi Emas

Usia SMA

Pada usia ini anak-anak akan belajar konsistensi dari kebutuhan atau keinginan. Anak harus fokus pada prioritas pribadi dalam menggunakan uang. Bukan hanya sekedar pamer atau ikut-ikutan teman dalam menggunakan uang.

Anak anak sudah dibiasakan untuk mengelolah uang sakunya misalnya mendapatkan uang saku lebih  lewat usahanya sendiri. Jualan online atau bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang saku.

Bukan hanya soal bekerja untuk menghasilkan uang sejumlah tertentu, yang paling penting adalah agar anak belajar bahwa uang dihasilkan dari usaha tertentu. Anak belajar bahwa uang tidak mudah didapat. Harus ada usaha lebih untuk memperoleh uang.

Ini juga mengajarkan anak untuk menghargai jerih payah orang tua ataupun orang lain di sekitarnya bahwa uang tidak mudah didapatkan. Karena uang tidak mudah didapatkan maka harus digunakan secara bijak.

Usia SMA adalah usia yang pas untuk mengenalkan anak akan berbagai produk keuangan dan investasi. Misalnya mengajak anak untuk menabung emas, membeli reksadana, saham dan lainnya.

Usia Kuliah

Mahasiswa adalah orang dewasa yang telah berpikiran lebih luas dari pada anak SMA. Termasuk dalam mengelola keuangan. Mempertanggungjawabkan keuangan yang diberikan orang tua, dengan membuat laporan penggunaan uang sederhana kepada orang tua sebagai bentuk tanggung jawab tersebut.

Baca Juga:

Apa Sebab Badai PHK Menerjang Startup?

Tidak hanya belajar dengan giat untuk lulus tepat waktu, literasi keuangan mahasiswa juga termasuk didalamnya adalah menggunakan uang untuk mempelajari keterampilan dan keahlian lain diluar akademik bangku kuliah.

Membangun jaringan pertemanan dengan lebih banyak orang dari berbagai latar belakang yang berbeda. Termasuk mulai serius menghasilkan pendapatan tertentu dan mulai berinvestasi.

Usia 20 – an atau setelah kuliah.

Setelah kuliah adalah saatnya menapaki jenjang karir, menjaga stabilitas pendapatan termasuk di dalamnya adalah menyiapkan dana darurat yang besarannya tidak kurang dari 3 kali pendapatan bulanan.

Penting pada usia ini adalah mulai mengumpulkan DP rumah dan kendaraan, memiliki asuransi kesehatan juga menyiapkan dana pernikahan.

Usia 30-an

Pada usia ini sudah mulai merencanakan dan menyiapkan dana untuk pendidikan anak, mulai mencicil rumah (KPR) menyiapkan dana pensiun termasuk mencari alternatif untuk pendapatan dari sumber kedua selain pendapatan rutin bulanan

Usia 40 – 50 an

Stabilitas keuangan sudah mulai terlihat pada usia ini. Namun perlu untuk mereview semua portofolio investasi dan aset. Melunasi pinjaman-pinjaman jangka panjang termasuk KPR dan mempersiapkan masa pensiun yang produktif.

Masa pensiun yang produktif tetap produktif untuk mengisi masa pension semntara kebutuhan hariannya tercukupi dari pasif income hasil dari investasi pada masa muda.

Foto ilustrasi dari raelipskie.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of