Pemanasan Global sebagai Materi Pembelajaran Terpadu Kelas VII SMP Yuwati Bhakti Sukabumi

Lingkungan Hidup
Sebarkan Artikel Ini:

Eposdigi.com – Ilmu pengetahuan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi dan pemikiran manusia. Setiap orang pasti ingin meningkatkan ilmu pengetahuannya sesuai bidangnya masing-masing. Salah satu caranya adalah dengan belajar, baik secara individu maupun kelompok (kolaborasi).

SMP Yuwati Bhakti menerapkan pembelajaran kolaborasi melalui pembelajaran terpadu (Integrated Learning). Pembelajaran terpadu merupakan paket pembelajaran yang menghubungkan berbagai konsep dari beberapa disiplin ilmu.

Dalam pembelajaran terpadu ini, siswa diajak bekerja bersama dalam kelompok dengan memanfaatkan ide kreatif dan pemikiran kritis dalam mengerjakan proyek sesuai dengan tema yang telah ditentukan, yaitu pemanasan global.

Isu Perubahan Iklim dan Kurikulum Adaptif

Pemanasan global kami pilih sebagai tema dalam pembelajaran terpadu ini dengan tujuan agar peserta didik memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran terpadu (Integrated Learning) yang sedang kami lakukan bersama peserta didik kelas VII SMP Yuwati Bhakti, dengan memilih  tema “Pemanasan Global” merupakan salah satu langkah mempersiapkan sekolah menuju Kurikulum Merdeka Belajar yang di dalamnya menuntut peserta didik menciptakan suatu proyek.

Langkah pertama yang kami lakukan adalah membagi tiap kelas dalam 4 kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 5 orang. Ada 5 mata pelajaran yang tergabung dalam pembelajaran terpadu ini, yaitu mata pelajaran IPA yang dibimbing oleh Ibu Rina, Matematika oleh Bapak Heri, IPS oleh Ibu Catharina, Seni Budaya oleh Bapak Harry, dan Bahasa Inggris oleh Ibu Purba.

Baca Juga: Pendidikan Kontekstual dan Gerakan Konservasi Lingkungan: Mencari Penggerak Perubahan Kolektif untuk Konservasi Lingkungan

Sebelum melakukan pembelajaran terpadu, para pendidik yang tergabung dalam pembelajaran terpadu ini berkumpul untuk membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menganalisa Kompetensi Dasar (KD) dari masing-masing mata pelajaran.

Mata pelajaran IPA, memahami konsep interaksi antara manusia dengan ruang sehingga menghasilkan berbagai kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi, permintaan, dan penawaran) dan interaksi antar ruang untuk keberlangsungan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya Indonesia.

Seni Budaya, memahami prosedur penerapan ragam hias pada bahan alam, Bahasa Inggris, mengidentifikasi fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait dengan tingkah laku/tindakan/fungsi orang, binatang, benda, sesuai dengan konteks penggunaannya.

Terinspirasi Melalui Pengajaran Guru di Sekolah, Greta Thunberg Menjadi Pejuang Belia Lingkungan

Selain KD pengetahuan, kami juga mengacu pada KD keterampilan untuk mendorong peserta didik terampil dan kreatif dalam menyajikan hasil proyek dari masing-masing kelompok. Dari kelima KD pengetahuan tersebut, disepakati peserta didik membuat proyek Terrarium.

Terarium merupakan bentuk hasil karya replikasi mini suatu eksosistem  yang terbuat dari tanah, batu, dan tanaman yang disusun dalam toples atau wadah kaca. Dengan terarium ini, kami menghubungkan keadaan ekosistem bumi yang suhunya semakin tinggi dan cuaca yang ekstrim sehingga mengakibatkan lingkungan semakin tidak menentu dan mempengaruhi keadaan ekonomi dunia khususnya Indonesia.

Pembuatan terrarium ini dimaksudkan agar peserta didik menyadari terjadinya pemanasan global yang menggambarkan peningkatan suhu rata-rata atmosfer bumi dan lautan secara bertahap, serta perubahan permanen yang mengubah iklim Bumi.

Baca Juga: Sampah Plastik dan Bahaya bagi Lingkungan Kita

Kegiatan Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning) dibagi dalam 4 tahap yaitu: literasi (literacy), perencanaan (planning), pelaksanaan proyek (doing), dan presentasi (presenting). Pembelajaran Terpadu (Integrated Learning) ini berlangsung dari tanggal 14 Januari 2022 sampai 11 Maret 2022, dengan pembelajaran online dan offline.

Pada saat offline peserta didik mengerjakan proyek terrarium ini dengan penuh semangat didampingi para pendidik hingga selesai. Tiap kelompok membuat 2 model terrarium (tabung A dan tabung B), tabung A dengan sedikit tanaman, dan tabung B dengan lebih banyak tanaman.

Dari kedua tabung terarium tersebut, peserta didik dapat menemukan perbedaaannya, mereka mengukur suhu tiap tabung setelah dibiarkan di bawah sinar matahari langsung dengan durasi 3 menit, 6 menit, 9 menit, 12 menit, dan 15 menit. Ternyata dari kedua tabung tersebut, memang menunjukkan perbedaan suhu.

Ibu Rina Hotmauli Sihaloho, S.Pd. – Guru SMP Yuwati Bhakti Sukabumi

Data ini kami ketahui saat mereka langsung mengukur suhu tabung tersebut dengan menggunakan termometer. Setelah selesai, mereka melaporkan hasil kerja mereka dalam bentuk laporan praktikum secara individu dengan konsep yang sudah disampaikan sebelumnya.

Tahap terakhir, tiap kelompok mempresentasikan hasil proyek yang sudah mereka kerjakan. Namun, karena keadaan pandemi semakin tidak kondusif, kegiatan ini dilakukan secara online melalui Microsoft Teams.

Meskipun demikian, mereka tetap melakukannya dengan kreatif, penuh semangat, dan berdaya juang tinggi.  Semoga dengan kegiatan ini, mereka semakin menyadari penting memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan mampu berpikir kreatif untuk menciptakan sesuatu yang berharga bagi masyarakat. Semangat Serviam.

Penulis adalah guru SMP Yuwati Bhakti Sukabumi / Artikel ini sebelumnya tayang di depoedu.com. –  Foto dari: environment-indonesia.com

Foto: kajianpustaka.com

Sebarkan Artikel Ini:

Leave a Reply

avatar
  Subscribe  
Notify of