Eposdigi.com – Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa Bangsa Yahudi terkenal sangat cerdas. Itu terkonfirmasi dari banyaknya temuan Sains dan Teknologi penting yang inovatornya adalah orang cerdas berkebangsaan Yahudi.
Albert Einstein, Thomas Alfa Edison, Leonard Kleinrock sang penemu internet atau Larry Page, penemu mesin pencari Google, Mark Zuckerberg pembuat aplikasi facebook, Bill Gates atau Andy Rubin si penemu sistem operasi android, mereka semua adalah keturunan Yahudi.
Fakta lain yang menegaskan bahwa orang Yahudi sangat cerdas dapat dilihat dari sejarah penganugerahan hadiah nobel. Dari 172 peraih nobel ilmu pengetahuan, 102 penerima diantaranya berkebangsaan Yahudi.
Dr. Stephen Carr Leon dalam penelitiannya membuktikan kenyataan bahwa orang Yahudi cerdas bukanlah hal yang bersifat given.
Semua orang cerdas yang lahir dari keluarga Yahudi merupakan hasil dari ketekunan para ibu secara turun temurun mempraktekkan tradisi mendidik anak, sejak anak masih dalam kandungan. Tentang ini saya pernah menulisnya dalam artikel yang dilansir Depoedu.com edisi 31 Oktober 2018.
Selain tradisi pendidikan sebelum anak lahir, tradisi pendidikan lain yang ikut menyumbang lahirnya saintis berkebangsaan Yahudi tersebut adalah praktek pendidikan sains sejak dini secara informal.
Baca Juga : Orang Yahudi Mendidik Anak Sejak dalam Kandungan
Praktek tersebut kemudian dilanjutkan melalui sistem pendidikan formal, sejak pendidikan dasar hingga menengah atas.
Kesinambungan tersebut dapat terjadi karena bangsa Yahudi menyakini bahwa, setiap anak yang sehat terlahir dengan 100 milyar sel otak. Masing-masing sel tersebut dapat menciptakan 20.000 koneksi.
Anak cerdas, bahkan jenius dapat muncul jika banyak koneksi yang tercipta dari 100 milyar sel atau otak tersebut. Hampir semua keluarga, secara tradisi mengetahui rahasia ini.
Dan merekapun tahu bahwa pertumbuhan sel otak tersebut yang ditandai oleh terciptanya jumlah koneksi pada sel otak anak hanya terjadi jika ada stimulasi dari luar.
Pemahaman inilah yang menuntun mereka untuk setia melakukan apapun yang mereka yakini dapat membuat keturunan mereka cerdas.
Model pendidikan sains bangsa Yahudi
Bangsa Yahudi menyadari dan meyakini bahwa pelajaran sains merupakan pelajaran yang aktif dan bukan pengajaran yang pasif. Anak dikondisi untuk aktif melakukan eksplorasi dengan menggunakan indra dan motoriknya terhadap benda yang ada disekitarnya.
Anak berinteraksi dengan alam sekitar untuk mengenal konsep, mengenal benda, mengklasifikasi benda berdasarkan bentuk, warna, suhu, bahkan didampingi untuk memahami gejala alam sederhana dilingkungan anak.
Orang tua Yahudi terlatih secara turun temurun untuk membantu anak memahami gejala-gejala alam berdasarkan sudut pandang anak.
Anak juga dilatih untuk secara aktif untuk menggunakan alat ukur dimulai dengan alat ukur non standar seperti jengkal, depa atau langkah kaki selain berlatih pula menggunakan alat ukut yang standar.
Setelah memasuki sekolah formal, anak-anak dikenalkan dengan produk-produk teknologi yang ada disekitar anak. Anak dikenalkan teknologi yang digunakan dengan memperkenalkan prinsip kerja dari produk teknologi dan memperkenalkan fungsinya,
Pemahaman akan prinsip itu kemudian digunakan untuk membedakan dan membandingkan produk teknologi yang satu dan yang lainnya. Anak dilatih merumuskan perbedaan maupun kesamaan dari produk teknologi yang ada berdasarkan pemahaman akan prinsip kerja.
Berdasarkan pengenalan tersebut, di sekolah menengah pertama, anak-anak ditugaskan untuk membuat produk baru atau paling tidak membuat versi baru dari produk yang sudah pernah ada untuk memcahkan masalah baru.
Baca Juga : Menumbuhkan Minat Baca; Harus Mulai Dari Mana?
Di SMA dalam pelajaran sains, murid didorong untuk menciptakan produk baru. Meskipun proyek mereka seringkali terlihat lucu dan membosankan akan tetapi mereka menelitinya dengan serius.
Seperti yang mereka yakini, proses ini benar-benar merangsang sel-sel otak untuk menciptakan koneksi. Semakin sering sel otak dirangsang, semakin banyak konsksi tercipta sehingga kecerdasan anak meningkat.
Disamping itu, sikap ilmiah yang menjadi landasan munculnya inovasi baru pun terbentuk pada para murid di sekolah mereka.
Selain itu banyak ide awal inovasi yang kemudian menjadi produk komersial dan mempengaruhi hidup bahkan mengubah peradaban manusia, ditemukan justru melalui proyek-proyek sains di sekolah menengah atas yang kemudian dilanjutkan di perguruan tinggi.
Pesan penting untuk kita, adalah memang diperlukan iklim intelektual untuk menumbuhkan benih inovasi di sekolah, namun yang sangat penting adalah bagaimana memperbaiki iklim pendidikan dirumah di mana oarng tua adalah pendidik pertama dan utama.
Jika orang tua sejak dari masa pra natal, kompeten mendidik anak dengan baik, maka orang tua bahkan sedang meletakkan landasan yang kokoh bagi lahirnya inovator, pencipta peradaban baru umat manusia.
Tulisan ini seblumnya tayang di depoedu.com dengan judul ” Bagaimana Bangsa Yahudi Menyelenggarakan Pendidikan dan Pengajaran Sains?” / Foto : hariansejarah.id
[…] Baca Juga: Mengapa Orang Yahudi Pintar-Pintar? […]